Jangan membuatku menangis lagi, Bapa
Kala impianku pupus tanpa harapan
Kala citaku kandas di tengah jalan
Kala anganku melayang ke awan
Kuatkan aku ya Bapa
Kala hatiku tersakiti
Kala hidupku dihakimi
Kala pilihanku diadili
Hibur aku ya Bapa
Bapa, begitu banyak sudah tetes air mata yang jatuh
Tetes air mata itu sudah tak mampu kutepis
Perlahan dan semakin deras
Meninggalkan pilu teramat
Bapa, impianku pernah pupus kala Kau memanggil hambaMu Beato Yohanes Paulus II
Impian yang kubangun sejak masa kecilku "Aku harus ke sana, untuk mengikuti misa bersamanya"
Sekian tahun aku berdoa, sekian tahun aku berusaha, dan pada saatMu, rencanaMu yang nyata
Bapa, aku menangis kala itu.
Menangis bukan karena hambaMu meninggal
Menangis bukan karena impianku pupus
Aku menangis karena Engkau tidak mendengar doaku
Namun hati kecil masa kanakku berkata "Masih ada hari esok yang perlu kau perjuangkan setelah impianmu kandas"
Aku melangkah lagi Bapa
Menetapkan impian lain yang ingin kucapai
Kala itu, aku beranjak remaja
Kutetapkan tujuanku "Aku ingin memiliki hati yang mulia, agar hidupku bermanfaat untuk sesama dengan berbagi kasih bagi mereka"
Dan untuk tujuanku ini, Engkau bukakan jalan yang begitu lebar bagiku, terima kasih Bapa, dan aku kembali menangis
Bapa, aku telah menjadi gadis dewasa saat ini.
Rasa tertarikku kepada lawan jenis mulai timbul
Kujalin persahabatan dengan lawan jenisku, tentunya dengan harapan "Semoga ia dapat menjadi cinta pertama dan terakhirku"
Perlahan kubangun impian baru mengiring impianku yang lain "Aku ingin kala aku menikah, semua keluargaku hadir secara lengkap mengiringi pernikahanku"
Manis yang kurasa pada saat itu Bapa,
Sukacita senantiasa, senyum selalu menghias bibirku
Namun, impianku adalah impian manusia
Tiada yang mengetahui masa depanku selain Engkau
Oma dan papaku Kau panggil kembali ke rumahMu
Pupus harapanku.
Hatiku ? Sakit luar biasa ya Bapa, kenapa semua ini harus terjadi padaku ?
Beribu pertanyaan muncul dalam benakku
Bagaimana masa depanku ?
Siapa yang akan melindungiku ?
Siapa yang akan memperhatikanku kala kusakit ?
Siapa yang akan menjaga hatiku agar aku tidak menangis lagi ?
Siapa yang akan menghibur hatiku kala aku bersedih ?
Siapa yang akan menjadi teman bertukar pikiranku ?
Dan berbagai pertanyaan tentang siapa lainnya muncul dalam hatiku
Semuanya hanya mendatangkan gundah bagiku
Tanpa jawaban yang pasti kuberkata pada diriku sendiri
"Bapaku di dunia boleh lah sudah tidak menemaniku lagi di kehidupan ini, tapi Bapa Sorgawiku kan senantiasa mengiring langkahku setiap saat. Dia yang akan memegang tanganku, Dia yang akan melindungi aku, Dia yang akan mencukupi kebutuhanku, dan Dialah yang akan menghibur aku. Tak sekalipun Dia akan meninggalkanku"
Sekali lagi aku menangis Bapa
Bapa, aku tak ingin menangis lagi
Aku lelah berteman dengan kesedihan
Aku letih bersahabat dengan air mata
Aku bosan berjalan dalam duka
Bapa, jangan buatku menangis lagi
Kuatkanlah aku kala aku goyah
Pegang tanganku kala aku ragu
Hibur aku kala aku berduka
Ini aku Bapa,
Lilin putih kecil menyala
Yang siap Kau gunakan untuk menerangi sekitar
Senin, 07 November 2011
Minggu, 30 Oktober 2011
Menuai Rahmat Bersama Bunda Maria
Dalam rangka memperingati bulan Maria di bulan Oktober 2011 ini, saya mengisinya dengan mengikuti Ziarek bersama KSK Widiakarya yang diadakan pada tanggal 28 - 30 Oktober 2011, dengan tujuan Goa Maria Sawer Rahmat, yang berlokasi di Cisantana, Cigugur, Kuningan, Jawa Barat.
Saat teman saya menginformasikan mengenai acara ziarek ini, saya langsung mencari informasi mengenai medan perjalanan menuju Goa Maria Sawer Rahmat agar saya dapat mengatasi keterbatasan fisik saya.
Setelah informasi lengkap saya dapatkan, maka saya memutuskan untuk mengikuti ziarek ini.
Beberapa hari menjelang keberangkatan, saya mendapat informasi dari teman yang berada di daerah Cirebon bahwa daerah tersebut sangat sering hujan, dan teman saya menyarankan untuk membawa payung.
Dengan yakin dan percaya saya katakan "Tidak akan turun hujan selama acara ziarek berlangsung, Tuhan akan senantiasa memberikan cuaca cerah selama ziarek ini."
Dalam hati saya ragu juga dengan ucapan saya, di musim hujan mana mungkin cuaca cerah, tapi untuk menguatkan hati saya maka ucapan itu saya keluarkan dan menjadi ujud doa saya beberapa hari sebelum ziarek.
Sehari sebelum ziarek berlangsung, ujud doa saya bertambah lagi "Tuhan, jaga aku agar aku tidak terjatuh ya. Tuhan tau kan mataku kurang bagus, jangan sampai selama ziarek ini aku terjatuh."
Detik keberangkatan semakin dekat.
Jumat 28 Oktober 2011, hujan deras terus mengguyur Jakarta. Dengan harapan atau iman lah (saya sudah tidak dapat lagi membedakannya karena panik mendera saya) saya yakin dan percaya bahwa doa saya akan Tuhan jawab yaitu "Tuhan akan memberikan cuaca cerah dan hari yang panas untuk menemani acara ziarek ini"
Tepat saat saya menginjakan kaki di Gereja St Theresia pada pukul 20.00 hujan berhenti, dan saya sungguh tidak terkena satu tetes air hujanpun tepat sesaat saya siap memulai acara ziarek ini.
Perjalanan menuju Kuningan dimulai. Setelah kami naik ke dalam bus yang akan mengantarkan kami ke lokasi ziarek, panitia mengadakan doa Rosario bersama. Saya tidak pernah menyukai doa Rosario, sepanjang doa Rosario berlangsung, saya hanya berdoa "Tuhan, berikan cuaca yang cerah, jaga saya agar saya tidak terjatuh, saya sungguh takut melalui semuanya ini, tapi saya sungguh ingin mendapat rahmatMu dalam acara ini. Bunda Maria, mohonkan kepada PutraMu untuk mengabulkan doaku ini, Amin"
Doa singkat ini menemani perjalanan saya, dan senantiasa saya ucapkan di kala cemas itu melanda saya.
Sabtu 29 Oktober 2011, kami tiba di Kuningan, dan pada pukul 05.00 kami sampai di lokasi penginapan yaitu rumah salah satu umat Gereja Maria Putri Murni Sejati. Sambutan hangat suster, pemilik rumah dan beberapa ibu WKRI tersebut cukup mampu mengusir lelah saya setelah semalaman berisitirahat di bus.
Sempat terbersit ucapan syukur dalam hati saya "Terima kasih Tuhan, akhirnya naik ke Goa Maria tidak dalam keadaan gelap sehingga saya dapat berjalan dengan aman"
Setelah beberes seadanya maka perjalanan dilanjutkan menuju Goa Maria.
Peserta ziarek diturunkan di tepian jalan dimana kiri kanan jalan tersebut penuh dengan tanaman, dan sungguh indah pemandangan tersebut ditemani dengan segarnya udara pagi.
Perjalanan menuju Goa Maria pun dimulai.
Perjalanan yang awalnya tidak terasa berat karena hanya memalui jalan setapak yang datar, lama kelamaan berubah menjadi medan yang penuh tantangan karena kami harus menaikin banyak anak tangga.
Kelokan demi kelokan, lahan datar demi lahan datar memberikan harapan bahwa sebentar lagi kami akan tiba di Goa Maria, ternyata hanya harapan saja karena perjalanan itu sungguh jauh dan melelahkan ditambah dengan kondisi badan yang sama sekali tidak beristirahat dengan sempurna semalaman.
Dalam perjalanan tersebut, diisi dengan rosario yang saya tidak mengetahui urutannya karena saya dan beberapa teman sempat tertinggal akibat ada kecelakaan kecil yang terjadi pada teman saya.
Akhirnya giliran saya memimpin satu manik Salam Maria, dengan nafas yang lumayan tidak beraturan saya mampu menyelesaikan satu manik Salam Maria.
Perjalanan ke Goa Maria masi berlanjut, dan tak lama kemudian saya melihat banyak tempat duduk. Lumayan pkir saya karena saya dapat beristirahat sejenak sebelum perjalanan dilanjutkan.
Tak lama setelah beristirahat sejenak, panitia mengajak kami ke pendopo, dimana pendopo tersebut kadang kala digunakan sebagai tempat misa, dan disanalah kami melakukan ibadat dan renungan pagi.
Setelah selesai ibadan dan renungan pagi, maka kami kembali ke lokasi tempat duduk tersebut. Dalam perjalanan menuju tempat duduk tersebut, salah seorang teman saya sempat meminta agar saya membantunya mengambilkan gambar. Tanpa saya sadari, saya mundur terlalu jauh dan saya tidak menyadari bahwa ada anak tangga di belakang saya, Untung saya tidak terjatuh. Pada saat itu hanya ucapan "sukur gw ga jatoh" keluar dari mulut saya, tapi saat saya menuliskan ini barulah saya menyadari bahwa doa saya terjawab yaitu "Tuhan jaga saya agar saya tidak terjatuh selama perjalanan ziarek berlangsung" dan setelah saya mengingat kejadian itu kembali, saya merasakan saat itu ada lengan yang menjaga di punggung saya sehingga saya tidak terjatuh dan juga kaki saya tidak terkilir sama sekali.
Setelah mengambil beberapa gambar, kami menuju ke lokasi yang banyak kursi tersebut, dan saya baru menyadari bahwa di atas batu-batuan itulah terdapat patung Bunda Maria.
Wah, lokasi Goa Maria nya sungguh tinggi. Keraguan sempat melanda saya "Apa saya mampu naik kesana ? Kalau saya mampu, bagaimana nanti saya dapat turun ? Masa iya cuma turun aja minta dituntun ? Memalukan sekali."
Namun dorongan kuat untuk melihat dan berdoa di Goa Maria itu sungguh besar, dan mampu mengalahkan ketakutan saya.
Dengan langkah pelan saya naik menuju Goa Maria, dan saat tiba di muka patung Bunda Maria, tantangan lain menanti saya. Saya tidak mendapatkan dingklik, loh gimana ni cara berdoa ga pake dingklik, duduk di pelataran goa bukan menjadi pilihan saya mengingat keterbatasan pakaian yang saya bawa. Salah seorang sahabat menawarkan agar memakai dingklik kecil itu berdua dengannya. Sekali lagi ucapan syukur terlontar dalam hati "Makasi Tuhan, bisa doa deh, berkati sahabat saya ini"
Kemudian saya melanjutkan ritual saat saya di hadapan Bunda Maria, buat tanda kemenangan, pejamkan mata, berdoa, amin, buka mata dan melihat lokasi sekitar Goa Maria. Wow...apa yang istimewa dari patung ini ya ? Muka patung tersebut saya lihat sungguh keras dan tidak bersahabat, kemudian saya melihat dinding goa, bunga persembahan dan tak lama kemudian saya turun perlahan, mengisi air untuk seorang sahabat, dan menantikan teman-teman lainnya selesai berdoa agar saya dapat berjalan bersama mereka sewaktu menuruni medan ini.
Perjalanan menuruni medan bukanlah hal yang mudah.
Sewaktu pergi, tantangan saya adalah tenaga yang habis karena mendaki yang begitu panjang dan tinggi.
Tantangan sewaktu pulang adalah medan yang menurun. Walaupun menuruni ratusan anak tangga itu sangatlah mudah, namun bagi saya itu sangatlah memakan tenaga, karena saya memiliki trauma akibat pernah terjatuh dari bukit sewaktu ziarah makam di Padang. Trauma itu selalu terbawa saat saya harus menuruni apapun juga. Akhirnya dengan perlahan saya berhasil menuruni medan tersebut tentunya dengan bantuan beberapa teman yang dengan suka rela menemani saya berjalan lambat.
Sesampai di rumah umat tempat kami akan bermalam, maka kami membersihkan diri, sarapan, dan mempersiapkan diri untuk mengikuti acara selanjutnya.
Selesai membersihkan diri, saya dan beberapa teman berjalan menuju susteran untuk mengambil barang yang tertinggal di bus. Ternyata oleh Ronald, salah seorang panitia, kami dibawa menuju Gereja Maria Putri Murni Sejati yang ada di lokasi susteran tersebut.
Di sana sedang diadakan bazar Hari Pangan, dan kami pun sejenak berbelanja di sana. Setelah berbelanja, kami memasuki Gereja Maria Putri Murni Sejati.
Gereja ini sangat sederhana namun memiliki kesan hangat di hati saya, dimana saya merasa sangat tidak asing dengan gereja ini. Oleh Ester, salah seorang panitia, dijelaskan bahwa gereja tersebut pernah terbakar, dan salib yang ikut terbakar pun hingga saat ini tetap dipasang di dekat Tabernakel.
Sejenak saya berdoa, entah kemana saya harus berdoa saya tidak memperhatikan. Satu tujuan saya saat itu adalah hendak berdiam diri di hadapan Allah. Dalam hening itu, kembali kecemasan saya muncul dan kembali saya memohon agar Tuhan menjaga saya agar saya tidak terjatuh dalam acara Ziarek itu. Keluar dari Gereja, saya melihat ada Goa Maria yang sangat sederhana, namun Goa Maria itu memunculkan kerinduan dalam hati kecil saya untuk berdoa sejenak dan kembali doa yang saya saya panjatkan. Saat menulis ini, saya baru tersadar "Apakah sedemikian takutnya saya saat itu ya ?" Ya, saya sungguh takut saat itu, cemas dan kuatir jika saya sampai terjatuh, maka saya akan merepotkan orang lain dan membuat mama saya kuatir.
Kemudian acara dimulai dengan permainan dalam kelompok, makan siang, penjelasan dan permainan yang dibawakan oleh suster Rita (ursulin) dan saatnya istirahat dan mandi sore pun tiba.
Dalam waktu tersebut saya dan beberapa teman berjalan kembali ke susteran guna mencari lilin untuk keperluan jalan salib yang akan diadakan malam itu. Setelah lilin didapatkan maka saya mengajak teman saya untuk melihat Gereja itu lagi. Entah mengapa, saya sangat merindukan untuk kembali berdoa di Goa Maria yang ada di dalam lokasi Gereja tersebut. Kemudian hal yang sama saya mohonkan kepada Bunda Maria, tentu saya ada permohonan lainnya yaitu agar Tuhan senantiasa memberikan kesehatan, kebahagiaan dan kecukupan pada mama saya, melindungi keluarga saya, menyembuhkan mata saya dan yang terakhir adalah agar saya diberikan seorang pendamping yang sesuai.
Ketenangan melanda hati saya, lega rasanya setelah mampu mengutarakan segala beban tersebut kepada Bunda Maria, tetapi langkah kaki saya belum lah ingin kembali, belumlah ingin menikmati waktu istirahat yang disediakan itu. Kaki saya melangkah masuk ke dalam Gereja. Dengan keheningan dan ketenangan yang saya kagumi saat itu, saya melangkah masuk ke dalam Gereja, mengambil tempat di posisi tengah tepat di depan altar.
Duduk diam, termenung, bercakap sejenak dengan Tuhan dengan doa yang sama, hening, menangis, kagum akan rencanaNya yang ada dalam hidupku. Lega hati saya setelah semuanya mampu saya ungkapkan dalam doa di sore hari itu. Kemudian langkah saya tetap tidak ingin meninggalkan lokasi Gereja tersebut.
Saya maju ke hadapan tabernakel, memandang sejenak, namun kerinduan hati saya tertuju pada salib hitam legam yang pernah terbakar itu. Perlahan dan ragu saya mendekat, saat itu yang ada dalam pikiran saya adalah "Bagaimana kalau ada orang lewat dan berpikir saya mau bom gereja ?" Keraguan itu sempat hinggap, namun keinginan kuat saya untuk mendekat mengalahkan ragu itu. Saya mendekati salib hitam legam tersebut, dan saya kagum karena salib itu murni dari kayu menurut penglihatan saya, bagaimana salib itu tidak terbakar habis ya, Tuhan sungguh besar kuasaMu bila Engkau berkehnedak.
Selesai mengagumi salib hitam legam tersebut, saya menghampiri teman saya, dan kami pun berjalan pulang ke rumah umat.
Selesai mandi sore, maka kami semua ke Gereja Stasi St Carolus Boromeus yang ada di Sukamulya, Kuningan untuk mengikuti misa di sore hari itu. Saat memasuki Gereja, hal pertama yang menarik saya adalah bangunan gereja yang kecil namun bersahaja, ditambah dengan umat yang hangat bersahabat menyambut kedatangan kami.
Misa sore hari itu dipersembahkan oleh Romo Abu. Beberapa kali sahabat saya di Cirebon mengatakan bahwa Romo Abu adalah romo yang luar biasa, namun saya lebih terkagum dengan Salib besar yang ada di atas Tabernakel, sungguh indah dipadu dengan dindingnya dan patung Bunda Maria serta patung Yesus. Semua itu menjadi hiburan bagi mata saya sejenak.
Saat misa, suasana kekeluargaaan dan kehangatan makin dapat dirasa, dengan cara pemberian persembahan dimana umat satu per satu maju ke hadapan altar dan meletakan persembahan mereka pribadi kepada Tuhan.
Ya Tuhan, umatMu ini sungguh rendah hati, dari kekurangan mereka mampu mempersembahkan yang terbaik kagumku dalam hati.
Selesai misa, seorang bapak menyapa saya "Jam berapa mba mau mulai ziarek nya ? " tanya nya ramah.
Saya menghentikan langkah dan melihat kepadanya, senyuman tulus dan hangat terpancar dari raut wajah sederhananya "Oh, sudah mulai dari tadi subuh pak, jam 5 kami sudah rosario ke Goa Maria, tapi nanti jam 10 malam akan jalan salib ke sana lagi."
Sang bapak berkata "Oh ya, selamat berziarah mba, Tuhan memberkati sepanjang ziarah ini."
Wah, sang bapak ini betul-betul baik pikirku karena seorang asing mau menyapa dengan bersahabat, dan mendoakanku. Tuhan, berkati umat di gerejamu ini, doa singkatku sebelum meninggalkan gereja tersebut.
Kemudian kami menikmati makan malam yang telah disediakan ibu-ibu WKRI di rumah umat (Ibu Een) yang kami tempati tersebut. Lauk sederhana, tapi jika disajikan dengan hati sungguh nikmat rasanya, ditambah dengan suasana akrab dan kekeluargaan dari seluruh panitia dan peserta benar-benar menjadi acara malam minggu yang indah sekali.
Selesai makan malam, acara selanjutnya dibawakan suster Rita, dengan memberikan banyak penjelasan dan hal lain yang berguna bagi kami, dan sejujurnya saya sangat terkantuk-kantuk dan tidak memperhatikan acara tersebut, tapi satu kekawatiran saya yaitu malam ini akan jalan salib, bagaimana ini kalau hujan ?
Selesai acara, maka kami mempersiapkan diri untuk mengikuti jalan salib.
Sempat ragu di hati saya, apakah saya tinggal saja dan mengaku sakit pada panitia supaya tidak perlu mengikuti jalan salib ? Namun satu suara lagi berkata kalau saya mengaku sakit sungguh saya melewatkan satu kesempatan indah, dan untuk apa saya datang jauh-jauh dari Jakarta jika hanya ingin bermalam saja ?
Perang dalam hati saya di mulai. Pikiran pertama berkata mengaku sakit saja agar saya ga perlu repot berjalan dalam kegelapan, dan nanti kalau saya terjatuh bagaimana ? Tepat pada saat pikiran saya sedang berdebat, Steven salah satu panitia menghampiri dan bertanya "Semua ikut jalan salib ?" dan dengan reflek saya menjawab "Kalau saya ketinggalan, saya akan ditinggal atau ditungguin ?" Spontan saya menyesal dengan pertanyaan itu, karena menurut saya pertanyaan itu sungguh tidaklah sopan dan dapat melukai hati orang. Steven menjawab "Ya ga mungkin kita tinggalin dong, pasti kita tungguin"
Lega hati saya mendengar jawaban itu, dan saya pun mempersiapkan diri untuk mengikuti jalan salib itu. Senter sebagai penerang jalan, payung tongkat sebagai tongkat, jaket dan lilin sudah dipersiapkan dengan baik. Sebelum keluar saya kembali berdoa "Tuhan jaga saya agar saya tidak terjatuh"
Jalan salib pun dimulai. Wow....luar biasa gelap. Bagaimana saya dapat melihat ? Dengan senter pun cahaya yang ada tidak lah mampu menghalau gelap ini. Dengan perlahan saya berjalan dalam rombongan, namun karena keterbatasan penglihatan saya, semakin lama saya semakin tertinggal, terlebih saya sangat takut kala melewati jalan setapak yang tidak terdapat anak tangga dan hanya ada batu dan tanah saja. Pelan dan sangat lambat saya melangkah dan payung tersebut saya manfaatkan sebaiknya agar dapat menopang ketakutan saya.
Setiba di lahan datar, Steven menghampiri saya dan berkata "Berjalan di tengah agar tidak tertinggal" Saya mengikuti saran tersebut, tapi saya kembali tertinggal, namun akhirnya saya dapat tiba di Taman Getsemani.
Di Taman Getsemani itu, suster Rita kembali membawakan renungan malam, dan prosesi lilin sebagai wujud hidup yang dipersembahkan. Kemudian saya menyalakan lilin dan berkata "Tuhan, ini hidup saya, saya persembahkan hidup saya ini, pakailah seturut rencanaMu. Hidupku bukanlah aku lagi, melainkan rencanaMu"
Selesai menyalakan lilin kami kembali berjalan. Dan terdengar Steven berkata ke Ronald "Tolong dampingi terus" Lega juga hati saya karena saya betul-betul tidak ditinggalkan selama perjalanan dari Taman Getsemani menuju perhentian pertama dan perhentian selanjutnya, dan sepanjang perjalanan tersebut, bergantian Ronald, Ester mendampingi saya, dan kemudian Dyan dan Muliawan pun bergantian berjalan di sisi saya.
Saya memang tidak dapat mengikuti prosesi jalan salib secara sempurna karena tiap kala doa jalan salib dipanjatkan saya tidak dapat berdoa bersama, dan saya hanya dapat bersyukur dalam hati "Tuhan terima kasih untuk pengorbananMu di kayu salib, dan atas keajaiban dalam hidupku" Di saat lainnya saya berdoa "Tuhan terima kasih atas penjagaanMu" Dan di perhentian yang lainnya saya berdoa untuk hal-hal lain yang melintas dalam pikiran saya.
Selesai prosesi jalan salib, kami berkumpul di pelataran Goa Maria, menanti giliran untuk dapat berdoa rosario bersama karena pada saat itu ada kelompok lain yang sedang berdoa rosario.
Setelah kelompok tersebut selesai berdoa rosario, kami pun berkumpul bersama untuk berdoa rosario. Sempat ragu melintas lagi dalam pikiran saya untuk tidak mengikuti doa rosario itu karena saya kembali harus menaiki banyak anak tangga yang nantinya harus saya turuni kembali dengan susah payah, tetapi kerinduan untuk hadir di hadapan Bunda Maria lebih kuat dan mengalahkan ketakutan saya itu.
Dalam doa rosario itu, kembali saya panjatkan doa seperti doa yang saya panjatkan sewaktu di Goa Maria di Gereja Maria Putri Murni Sejati. Ada penjelasan yang pernah saya dengar yang mengatakan jika kamu ingin doamu dikabulkan maka berjanjilah kamu akan melakukan sesuatu setelah doamu dikabulkan, ntah kamu akan mencetak buku, atau apapun yang kamu rasa mampu, tetapi saya tidak berani menjanjikan apapun karena saya takut saya tidak sanggup menepati janji saya itu, akhirnya saya berkata jika doa saya ini dikabulkan maka saya akan bersyukur kepadaMu ya Tuhan.
Demikianlah ziarah saya ke Goa Maria Sawer Rahmat. .
Inti dari ziarah ku kali ini adalah
Tuhan tidak pernah menutup telinganya terhadap setiap doa-doa kita
Tuhan tidak pernah bosan mendengar keluh kesah hati kita
Tuhan tidak pernah meninggalkan kita sedetikpun
Dalam kelemahan kita, kuasa Tuhan menjadi nyata
Dalam kepasrahan kita, tangan Tuhan bekerja luar biasa
Dalam keputus asaan kita, karya Tuhan menjadi indah
Saat ku lemah, ku kan berseru "Tuhan, berikan aku kekuatan, agar aku mampu berjalan terus sesuai rencanaMu"
Saat ku takut, ku kan berkata "Tuhan, aku takut, tolong aku, aku sungguh takut, berikan aku keberanian untuk melangkah ya Tuhan, pegang tanganku agar aku tahu bahwa kau senantiasa ada di sampingku"
Saat ku pasrah, ku kan berteriak "Tuhan kenapa begini, kenapa yang aku lakukan tidak ada yang berhasil dan semua sia-sia. Tuhan, terserah lah Kau mau apa dalam hidupku, satu yang kupercaya apapun yang Kau lakukan itu indah bagiku, baik bagiku"
Doaku memang belum terjawab semuanya, tapi dengan ziarek ini, imanku kembali dihidupkan.
Keyakinan bahwa kasih masih ada,
Keyakinan bahwa doaku tidak akan pernah tidak didengarkan Tuhan,
Keyakinan bahwa Tuhan akan menjawab doaku tepat pada waktuNya
Keyakinan bahwa yang aku butuhkanlah yang akan Tuhan berikan, nyata dalam hal hujan dan jatuh, memang itu yang aku butuhkan dan memang itu yang Dia berikan. Bukan sakit yang Dia berikan agar aku tidak terjatuh, tapi topangan kasih, perhatian dan tangan dari orang sekelilingku yang diberikanNya agar aku tidak terjatuh.
Tuhan, terima kasih untuk satu pengalaman kasih yang telah Kau kembali nyatakan dalam hidupku lewat ziarek ini.
Salam kasih,
- L i s e -
Saat teman saya menginformasikan mengenai acara ziarek ini, saya langsung mencari informasi mengenai medan perjalanan menuju Goa Maria Sawer Rahmat agar saya dapat mengatasi keterbatasan fisik saya.
Setelah informasi lengkap saya dapatkan, maka saya memutuskan untuk mengikuti ziarek ini.
Beberapa hari menjelang keberangkatan, saya mendapat informasi dari teman yang berada di daerah Cirebon bahwa daerah tersebut sangat sering hujan, dan teman saya menyarankan untuk membawa payung.
Dengan yakin dan percaya saya katakan "Tidak akan turun hujan selama acara ziarek berlangsung, Tuhan akan senantiasa memberikan cuaca cerah selama ziarek ini."
Dalam hati saya ragu juga dengan ucapan saya, di musim hujan mana mungkin cuaca cerah, tapi untuk menguatkan hati saya maka ucapan itu saya keluarkan dan menjadi ujud doa saya beberapa hari sebelum ziarek.
Sehari sebelum ziarek berlangsung, ujud doa saya bertambah lagi "Tuhan, jaga aku agar aku tidak terjatuh ya. Tuhan tau kan mataku kurang bagus, jangan sampai selama ziarek ini aku terjatuh."
Detik keberangkatan semakin dekat.
Jumat 28 Oktober 2011, hujan deras terus mengguyur Jakarta. Dengan harapan atau iman lah (saya sudah tidak dapat lagi membedakannya karena panik mendera saya) saya yakin dan percaya bahwa doa saya akan Tuhan jawab yaitu "Tuhan akan memberikan cuaca cerah dan hari yang panas untuk menemani acara ziarek ini"
Tepat saat saya menginjakan kaki di Gereja St Theresia pada pukul 20.00 hujan berhenti, dan saya sungguh tidak terkena satu tetes air hujanpun tepat sesaat saya siap memulai acara ziarek ini.
Perjalanan menuju Kuningan dimulai. Setelah kami naik ke dalam bus yang akan mengantarkan kami ke lokasi ziarek, panitia mengadakan doa Rosario bersama. Saya tidak pernah menyukai doa Rosario, sepanjang doa Rosario berlangsung, saya hanya berdoa "Tuhan, berikan cuaca yang cerah, jaga saya agar saya tidak terjatuh, saya sungguh takut melalui semuanya ini, tapi saya sungguh ingin mendapat rahmatMu dalam acara ini. Bunda Maria, mohonkan kepada PutraMu untuk mengabulkan doaku ini, Amin"
Doa singkat ini menemani perjalanan saya, dan senantiasa saya ucapkan di kala cemas itu melanda saya.
Sabtu 29 Oktober 2011, kami tiba di Kuningan, dan pada pukul 05.00 kami sampai di lokasi penginapan yaitu rumah salah satu umat Gereja Maria Putri Murni Sejati. Sambutan hangat suster, pemilik rumah dan beberapa ibu WKRI tersebut cukup mampu mengusir lelah saya setelah semalaman berisitirahat di bus.
Sempat terbersit ucapan syukur dalam hati saya "Terima kasih Tuhan, akhirnya naik ke Goa Maria tidak dalam keadaan gelap sehingga saya dapat berjalan dengan aman"
Setelah beberes seadanya maka perjalanan dilanjutkan menuju Goa Maria.
Peserta ziarek diturunkan di tepian jalan dimana kiri kanan jalan tersebut penuh dengan tanaman, dan sungguh indah pemandangan tersebut ditemani dengan segarnya udara pagi.
Perjalanan menuju Goa Maria pun dimulai.
Perjalanan yang awalnya tidak terasa berat karena hanya memalui jalan setapak yang datar, lama kelamaan berubah menjadi medan yang penuh tantangan karena kami harus menaikin banyak anak tangga.
Kelokan demi kelokan, lahan datar demi lahan datar memberikan harapan bahwa sebentar lagi kami akan tiba di Goa Maria, ternyata hanya harapan saja karena perjalanan itu sungguh jauh dan melelahkan ditambah dengan kondisi badan yang sama sekali tidak beristirahat dengan sempurna semalaman.
Dalam perjalanan tersebut, diisi dengan rosario yang saya tidak mengetahui urutannya karena saya dan beberapa teman sempat tertinggal akibat ada kecelakaan kecil yang terjadi pada teman saya.
Akhirnya giliran saya memimpin satu manik Salam Maria, dengan nafas yang lumayan tidak beraturan saya mampu menyelesaikan satu manik Salam Maria.
Perjalanan ke Goa Maria masi berlanjut, dan tak lama kemudian saya melihat banyak tempat duduk. Lumayan pkir saya karena saya dapat beristirahat sejenak sebelum perjalanan dilanjutkan.
Tak lama setelah beristirahat sejenak, panitia mengajak kami ke pendopo, dimana pendopo tersebut kadang kala digunakan sebagai tempat misa, dan disanalah kami melakukan ibadat dan renungan pagi.
Setelah selesai ibadan dan renungan pagi, maka kami kembali ke lokasi tempat duduk tersebut. Dalam perjalanan menuju tempat duduk tersebut, salah seorang teman saya sempat meminta agar saya membantunya mengambilkan gambar. Tanpa saya sadari, saya mundur terlalu jauh dan saya tidak menyadari bahwa ada anak tangga di belakang saya, Untung saya tidak terjatuh. Pada saat itu hanya ucapan "sukur gw ga jatoh" keluar dari mulut saya, tapi saat saya menuliskan ini barulah saya menyadari bahwa doa saya terjawab yaitu "Tuhan jaga saya agar saya tidak terjatuh selama perjalanan ziarek berlangsung" dan setelah saya mengingat kejadian itu kembali, saya merasakan saat itu ada lengan yang menjaga di punggung saya sehingga saya tidak terjatuh dan juga kaki saya tidak terkilir sama sekali.
Setelah mengambil beberapa gambar, kami menuju ke lokasi yang banyak kursi tersebut, dan saya baru menyadari bahwa di atas batu-batuan itulah terdapat patung Bunda Maria.
Wah, lokasi Goa Maria nya sungguh tinggi. Keraguan sempat melanda saya "Apa saya mampu naik kesana ? Kalau saya mampu, bagaimana nanti saya dapat turun ? Masa iya cuma turun aja minta dituntun ? Memalukan sekali."
Namun dorongan kuat untuk melihat dan berdoa di Goa Maria itu sungguh besar, dan mampu mengalahkan ketakutan saya.
Dengan langkah pelan saya naik menuju Goa Maria, dan saat tiba di muka patung Bunda Maria, tantangan lain menanti saya. Saya tidak mendapatkan dingklik, loh gimana ni cara berdoa ga pake dingklik, duduk di pelataran goa bukan menjadi pilihan saya mengingat keterbatasan pakaian yang saya bawa. Salah seorang sahabat menawarkan agar memakai dingklik kecil itu berdua dengannya. Sekali lagi ucapan syukur terlontar dalam hati "Makasi Tuhan, bisa doa deh, berkati sahabat saya ini"
Kemudian saya melanjutkan ritual saat saya di hadapan Bunda Maria, buat tanda kemenangan, pejamkan mata, berdoa, amin, buka mata dan melihat lokasi sekitar Goa Maria. Wow...apa yang istimewa dari patung ini ya ? Muka patung tersebut saya lihat sungguh keras dan tidak bersahabat, kemudian saya melihat dinding goa, bunga persembahan dan tak lama kemudian saya turun perlahan, mengisi air untuk seorang sahabat, dan menantikan teman-teman lainnya selesai berdoa agar saya dapat berjalan bersama mereka sewaktu menuruni medan ini.
Perjalanan menuruni medan bukanlah hal yang mudah.
Sewaktu pergi, tantangan saya adalah tenaga yang habis karena mendaki yang begitu panjang dan tinggi.
Tantangan sewaktu pulang adalah medan yang menurun. Walaupun menuruni ratusan anak tangga itu sangatlah mudah, namun bagi saya itu sangatlah memakan tenaga, karena saya memiliki trauma akibat pernah terjatuh dari bukit sewaktu ziarah makam di Padang. Trauma itu selalu terbawa saat saya harus menuruni apapun juga. Akhirnya dengan perlahan saya berhasil menuruni medan tersebut tentunya dengan bantuan beberapa teman yang dengan suka rela menemani saya berjalan lambat.
Sesampai di rumah umat tempat kami akan bermalam, maka kami membersihkan diri, sarapan, dan mempersiapkan diri untuk mengikuti acara selanjutnya.
Selesai membersihkan diri, saya dan beberapa teman berjalan menuju susteran untuk mengambil barang yang tertinggal di bus. Ternyata oleh Ronald, salah seorang panitia, kami dibawa menuju Gereja Maria Putri Murni Sejati yang ada di lokasi susteran tersebut.
Di sana sedang diadakan bazar Hari Pangan, dan kami pun sejenak berbelanja di sana. Setelah berbelanja, kami memasuki Gereja Maria Putri Murni Sejati.
Gereja ini sangat sederhana namun memiliki kesan hangat di hati saya, dimana saya merasa sangat tidak asing dengan gereja ini. Oleh Ester, salah seorang panitia, dijelaskan bahwa gereja tersebut pernah terbakar, dan salib yang ikut terbakar pun hingga saat ini tetap dipasang di dekat Tabernakel.
Sejenak saya berdoa, entah kemana saya harus berdoa saya tidak memperhatikan. Satu tujuan saya saat itu adalah hendak berdiam diri di hadapan Allah. Dalam hening itu, kembali kecemasan saya muncul dan kembali saya memohon agar Tuhan menjaga saya agar saya tidak terjatuh dalam acara Ziarek itu. Keluar dari Gereja, saya melihat ada Goa Maria yang sangat sederhana, namun Goa Maria itu memunculkan kerinduan dalam hati kecil saya untuk berdoa sejenak dan kembali doa yang saya saya panjatkan. Saat menulis ini, saya baru tersadar "Apakah sedemikian takutnya saya saat itu ya ?" Ya, saya sungguh takut saat itu, cemas dan kuatir jika saya sampai terjatuh, maka saya akan merepotkan orang lain dan membuat mama saya kuatir.
Kemudian acara dimulai dengan permainan dalam kelompok, makan siang, penjelasan dan permainan yang dibawakan oleh suster Rita (ursulin) dan saatnya istirahat dan mandi sore pun tiba.
Dalam waktu tersebut saya dan beberapa teman berjalan kembali ke susteran guna mencari lilin untuk keperluan jalan salib yang akan diadakan malam itu. Setelah lilin didapatkan maka saya mengajak teman saya untuk melihat Gereja itu lagi. Entah mengapa, saya sangat merindukan untuk kembali berdoa di Goa Maria yang ada di dalam lokasi Gereja tersebut. Kemudian hal yang sama saya mohonkan kepada Bunda Maria, tentu saya ada permohonan lainnya yaitu agar Tuhan senantiasa memberikan kesehatan, kebahagiaan dan kecukupan pada mama saya, melindungi keluarga saya, menyembuhkan mata saya dan yang terakhir adalah agar saya diberikan seorang pendamping yang sesuai.
Ketenangan melanda hati saya, lega rasanya setelah mampu mengutarakan segala beban tersebut kepada Bunda Maria, tetapi langkah kaki saya belum lah ingin kembali, belumlah ingin menikmati waktu istirahat yang disediakan itu. Kaki saya melangkah masuk ke dalam Gereja. Dengan keheningan dan ketenangan yang saya kagumi saat itu, saya melangkah masuk ke dalam Gereja, mengambil tempat di posisi tengah tepat di depan altar.
Duduk diam, termenung, bercakap sejenak dengan Tuhan dengan doa yang sama, hening, menangis, kagum akan rencanaNya yang ada dalam hidupku. Lega hati saya setelah semuanya mampu saya ungkapkan dalam doa di sore hari itu. Kemudian langkah saya tetap tidak ingin meninggalkan lokasi Gereja tersebut.
Saya maju ke hadapan tabernakel, memandang sejenak, namun kerinduan hati saya tertuju pada salib hitam legam yang pernah terbakar itu. Perlahan dan ragu saya mendekat, saat itu yang ada dalam pikiran saya adalah "Bagaimana kalau ada orang lewat dan berpikir saya mau bom gereja ?" Keraguan itu sempat hinggap, namun keinginan kuat saya untuk mendekat mengalahkan ragu itu. Saya mendekati salib hitam legam tersebut, dan saya kagum karena salib itu murni dari kayu menurut penglihatan saya, bagaimana salib itu tidak terbakar habis ya, Tuhan sungguh besar kuasaMu bila Engkau berkehnedak.
Selesai mengagumi salib hitam legam tersebut, saya menghampiri teman saya, dan kami pun berjalan pulang ke rumah umat.
Selesai mandi sore, maka kami semua ke Gereja Stasi St Carolus Boromeus yang ada di Sukamulya, Kuningan untuk mengikuti misa di sore hari itu. Saat memasuki Gereja, hal pertama yang menarik saya adalah bangunan gereja yang kecil namun bersahaja, ditambah dengan umat yang hangat bersahabat menyambut kedatangan kami.
Misa sore hari itu dipersembahkan oleh Romo Abu. Beberapa kali sahabat saya di Cirebon mengatakan bahwa Romo Abu adalah romo yang luar biasa, namun saya lebih terkagum dengan Salib besar yang ada di atas Tabernakel, sungguh indah dipadu dengan dindingnya dan patung Bunda Maria serta patung Yesus. Semua itu menjadi hiburan bagi mata saya sejenak.
Saat misa, suasana kekeluargaaan dan kehangatan makin dapat dirasa, dengan cara pemberian persembahan dimana umat satu per satu maju ke hadapan altar dan meletakan persembahan mereka pribadi kepada Tuhan.
Ya Tuhan, umatMu ini sungguh rendah hati, dari kekurangan mereka mampu mempersembahkan yang terbaik kagumku dalam hati.
Selesai misa, seorang bapak menyapa saya "Jam berapa mba mau mulai ziarek nya ? " tanya nya ramah.
Saya menghentikan langkah dan melihat kepadanya, senyuman tulus dan hangat terpancar dari raut wajah sederhananya "Oh, sudah mulai dari tadi subuh pak, jam 5 kami sudah rosario ke Goa Maria, tapi nanti jam 10 malam akan jalan salib ke sana lagi."
Sang bapak berkata "Oh ya, selamat berziarah mba, Tuhan memberkati sepanjang ziarah ini."
Wah, sang bapak ini betul-betul baik pikirku karena seorang asing mau menyapa dengan bersahabat, dan mendoakanku. Tuhan, berkati umat di gerejamu ini, doa singkatku sebelum meninggalkan gereja tersebut.
Kemudian kami menikmati makan malam yang telah disediakan ibu-ibu WKRI di rumah umat (Ibu Een) yang kami tempati tersebut. Lauk sederhana, tapi jika disajikan dengan hati sungguh nikmat rasanya, ditambah dengan suasana akrab dan kekeluargaan dari seluruh panitia dan peserta benar-benar menjadi acara malam minggu yang indah sekali.
Selesai makan malam, acara selanjutnya dibawakan suster Rita, dengan memberikan banyak penjelasan dan hal lain yang berguna bagi kami, dan sejujurnya saya sangat terkantuk-kantuk dan tidak memperhatikan acara tersebut, tapi satu kekawatiran saya yaitu malam ini akan jalan salib, bagaimana ini kalau hujan ?
Selesai acara, maka kami mempersiapkan diri untuk mengikuti jalan salib.
Sempat ragu di hati saya, apakah saya tinggal saja dan mengaku sakit pada panitia supaya tidak perlu mengikuti jalan salib ? Namun satu suara lagi berkata kalau saya mengaku sakit sungguh saya melewatkan satu kesempatan indah, dan untuk apa saya datang jauh-jauh dari Jakarta jika hanya ingin bermalam saja ?
Perang dalam hati saya di mulai. Pikiran pertama berkata mengaku sakit saja agar saya ga perlu repot berjalan dalam kegelapan, dan nanti kalau saya terjatuh bagaimana ? Tepat pada saat pikiran saya sedang berdebat, Steven salah satu panitia menghampiri dan bertanya "Semua ikut jalan salib ?" dan dengan reflek saya menjawab "Kalau saya ketinggalan, saya akan ditinggal atau ditungguin ?" Spontan saya menyesal dengan pertanyaan itu, karena menurut saya pertanyaan itu sungguh tidaklah sopan dan dapat melukai hati orang. Steven menjawab "Ya ga mungkin kita tinggalin dong, pasti kita tungguin"
Lega hati saya mendengar jawaban itu, dan saya pun mempersiapkan diri untuk mengikuti jalan salib itu. Senter sebagai penerang jalan, payung tongkat sebagai tongkat, jaket dan lilin sudah dipersiapkan dengan baik. Sebelum keluar saya kembali berdoa "Tuhan jaga saya agar saya tidak terjatuh"
Jalan salib pun dimulai. Wow....luar biasa gelap. Bagaimana saya dapat melihat ? Dengan senter pun cahaya yang ada tidak lah mampu menghalau gelap ini. Dengan perlahan saya berjalan dalam rombongan, namun karena keterbatasan penglihatan saya, semakin lama saya semakin tertinggal, terlebih saya sangat takut kala melewati jalan setapak yang tidak terdapat anak tangga dan hanya ada batu dan tanah saja. Pelan dan sangat lambat saya melangkah dan payung tersebut saya manfaatkan sebaiknya agar dapat menopang ketakutan saya.
Setiba di lahan datar, Steven menghampiri saya dan berkata "Berjalan di tengah agar tidak tertinggal" Saya mengikuti saran tersebut, tapi saya kembali tertinggal, namun akhirnya saya dapat tiba di Taman Getsemani.
Di Taman Getsemani itu, suster Rita kembali membawakan renungan malam, dan prosesi lilin sebagai wujud hidup yang dipersembahkan. Kemudian saya menyalakan lilin dan berkata "Tuhan, ini hidup saya, saya persembahkan hidup saya ini, pakailah seturut rencanaMu. Hidupku bukanlah aku lagi, melainkan rencanaMu"
Selesai menyalakan lilin kami kembali berjalan. Dan terdengar Steven berkata ke Ronald "Tolong dampingi terus" Lega juga hati saya karena saya betul-betul tidak ditinggalkan selama perjalanan dari Taman Getsemani menuju perhentian pertama dan perhentian selanjutnya, dan sepanjang perjalanan tersebut, bergantian Ronald, Ester mendampingi saya, dan kemudian Dyan dan Muliawan pun bergantian berjalan di sisi saya.
Saya memang tidak dapat mengikuti prosesi jalan salib secara sempurna karena tiap kala doa jalan salib dipanjatkan saya tidak dapat berdoa bersama, dan saya hanya dapat bersyukur dalam hati "Tuhan terima kasih untuk pengorbananMu di kayu salib, dan atas keajaiban dalam hidupku" Di saat lainnya saya berdoa "Tuhan terima kasih atas penjagaanMu" Dan di perhentian yang lainnya saya berdoa untuk hal-hal lain yang melintas dalam pikiran saya.
Selesai prosesi jalan salib, kami berkumpul di pelataran Goa Maria, menanti giliran untuk dapat berdoa rosario bersama karena pada saat itu ada kelompok lain yang sedang berdoa rosario.
Setelah kelompok tersebut selesai berdoa rosario, kami pun berkumpul bersama untuk berdoa rosario. Sempat ragu melintas lagi dalam pikiran saya untuk tidak mengikuti doa rosario itu karena saya kembali harus menaiki banyak anak tangga yang nantinya harus saya turuni kembali dengan susah payah, tetapi kerinduan untuk hadir di hadapan Bunda Maria lebih kuat dan mengalahkan ketakutan saya itu.
Dalam doa rosario itu, kembali saya panjatkan doa seperti doa yang saya panjatkan sewaktu di Goa Maria di Gereja Maria Putri Murni Sejati. Ada penjelasan yang pernah saya dengar yang mengatakan jika kamu ingin doamu dikabulkan maka berjanjilah kamu akan melakukan sesuatu setelah doamu dikabulkan, ntah kamu akan mencetak buku, atau apapun yang kamu rasa mampu, tetapi saya tidak berani menjanjikan apapun karena saya takut saya tidak sanggup menepati janji saya itu, akhirnya saya berkata jika doa saya ini dikabulkan maka saya akan bersyukur kepadaMu ya Tuhan.
Demikianlah ziarah saya ke Goa Maria Sawer Rahmat. .
Inti dari ziarah ku kali ini adalah
Tuhan tidak pernah menutup telinganya terhadap setiap doa-doa kita
Tuhan tidak pernah bosan mendengar keluh kesah hati kita
Tuhan tidak pernah meninggalkan kita sedetikpun
Dalam kelemahan kita, kuasa Tuhan menjadi nyata
Dalam kepasrahan kita, tangan Tuhan bekerja luar biasa
Dalam keputus asaan kita, karya Tuhan menjadi indah
Saat ku lemah, ku kan berseru "Tuhan, berikan aku kekuatan, agar aku mampu berjalan terus sesuai rencanaMu"
Saat ku takut, ku kan berkata "Tuhan, aku takut, tolong aku, aku sungguh takut, berikan aku keberanian untuk melangkah ya Tuhan, pegang tanganku agar aku tahu bahwa kau senantiasa ada di sampingku"
Saat ku pasrah, ku kan berteriak "Tuhan kenapa begini, kenapa yang aku lakukan tidak ada yang berhasil dan semua sia-sia. Tuhan, terserah lah Kau mau apa dalam hidupku, satu yang kupercaya apapun yang Kau lakukan itu indah bagiku, baik bagiku"
Doaku memang belum terjawab semuanya, tapi dengan ziarek ini, imanku kembali dihidupkan.
Keyakinan bahwa kasih masih ada,
Keyakinan bahwa doaku tidak akan pernah tidak didengarkan Tuhan,
Keyakinan bahwa Tuhan akan menjawab doaku tepat pada waktuNya
Keyakinan bahwa yang aku butuhkanlah yang akan Tuhan berikan, nyata dalam hal hujan dan jatuh, memang itu yang aku butuhkan dan memang itu yang Dia berikan. Bukan sakit yang Dia berikan agar aku tidak terjatuh, tapi topangan kasih, perhatian dan tangan dari orang sekelilingku yang diberikanNya agar aku tidak terjatuh.
Tuhan, terima kasih untuk satu pengalaman kasih yang telah Kau kembali nyatakan dalam hidupku lewat ziarek ini.
Salam kasih,
- L i s e -
Kamis, 14 April 2011
Dalam Kesusahanku
Dua minggu telah berlalu sejak kepergianmu
Namun bayang dirimu selalu lekat dalam ingatku
Kala kumasuk ruang indah itu, kenangku padamu kembali
Kosong, sepi, tiada dirimu, tiada hadirmu
Setahun sejak peristiwa itu berlalu
Setahun sejak aku berlari padamu
Mencari penghiburan, mencari kehangatan
Dan semua itu mampu kutemukan dalam tatapmu
Tiada yang mempercayaiku
Tiada yang mampu menopang langkah goyahku
Tiada yang mampu mengangkat beban hatiku
Tiada yang mampu mengusap air mataku
Tiada yang mampu menenangkan galau jiwaku
Hanya kau yang mampu melakukannya dengan sempurna
Kau hadir dalam gundahku
Kau hapus air mataku
Kau tenangkan gelisahku
Kau tatap aku dengan tatapan penguatan
Bapa, kau tak lagi ada di sampingku
Kini kau telah pergi
Meninggalkan sejuta indah di hatiku
Meninggalkan damai abadi di kalbuku
Bapa, malaikatku, kekuatanku
Terima kasih untuk kepercayaan tanpa syarat yang kau berikan padaku
Terima kasih untuk penguatan yang kau limpahkan padaku
Selamat jalan Bapa, berjalanlah ke rumah Bapa dalam kedaimaian
Mengenang 2 minggu berpulangnya Romo Bruno Orru SX (31 Maret 2011 - 14 April 2011)
Beliau adalah seseorang yang luar biasa dalam hidupku
Seseorang yang telah percaya padaku tanpa syarat,
Seseorang yang berkata "Aku percaya padamu, kuatlah dalam perjuanganmu, doaku senantiasa menyertaimu"
Seseorang yang mampu memberi kekuatan dalam setiap kelemahan dan dosaku,
Seseorang yang dengan setia mendamaikan aku dengan Allah melalui Sakramen Perdamaian yang senantiasa disediakan dalam tiap perjumpaan dengannya
Kedekatan dalam dunia tidaklah cukup,
Aku tidaklah cukup mengenal siapa beliau,
Namun hatiku senantiasa terikat pada beliau.
Kini setelah kepergiannya,
Aku percaya bahwa beliau telah menjadi salah seorang kudus dalam kerajaanNya,
Dan beliau senantiasa hadir dalam hidupku,
Menjadi malaikat pelindung dalam tiap langkahku
Perkataannya dan semangatnya takkan pernah mampu kulupakan
Kedamaian yang senantiasa dipancarkan dalam tatapnya akan senantiasa kukenang
Selamat jalan Bapa,
Selamat menempati tempat terbaik yang telah Dia sediakan bagimu,
Namun bayang dirimu selalu lekat dalam ingatku
Kala kumasuk ruang indah itu, kenangku padamu kembali
Kosong, sepi, tiada dirimu, tiada hadirmu
Setahun sejak peristiwa itu berlalu
Setahun sejak aku berlari padamu
Mencari penghiburan, mencari kehangatan
Dan semua itu mampu kutemukan dalam tatapmu
Tiada yang mempercayaiku
Tiada yang mampu menopang langkah goyahku
Tiada yang mampu mengangkat beban hatiku
Tiada yang mampu mengusap air mataku
Tiada yang mampu menenangkan galau jiwaku
Hanya kau yang mampu melakukannya dengan sempurna
Kau hadir dalam gundahku
Kau hapus air mataku
Kau tenangkan gelisahku
Kau tatap aku dengan tatapan penguatan
Bapa, kau tak lagi ada di sampingku
Kini kau telah pergi
Meninggalkan sejuta indah di hatiku
Meninggalkan damai abadi di kalbuku
Bapa, malaikatku, kekuatanku
Terima kasih untuk kepercayaan tanpa syarat yang kau berikan padaku
Terima kasih untuk penguatan yang kau limpahkan padaku
Selamat jalan Bapa, berjalanlah ke rumah Bapa dalam kedaimaian
Mengenang 2 minggu berpulangnya Romo Bruno Orru SX (31 Maret 2011 - 14 April 2011)
Beliau adalah seseorang yang luar biasa dalam hidupku
Seseorang yang telah percaya padaku tanpa syarat,
Seseorang yang berkata "Aku percaya padamu, kuatlah dalam perjuanganmu, doaku senantiasa menyertaimu"
Seseorang yang mampu memberi kekuatan dalam setiap kelemahan dan dosaku,
Seseorang yang dengan setia mendamaikan aku dengan Allah melalui Sakramen Perdamaian yang senantiasa disediakan dalam tiap perjumpaan dengannya
Kedekatan dalam dunia tidaklah cukup,
Aku tidaklah cukup mengenal siapa beliau,
Namun hatiku senantiasa terikat pada beliau.
Kini setelah kepergiannya,
Aku percaya bahwa beliau telah menjadi salah seorang kudus dalam kerajaanNya,
Dan beliau senantiasa hadir dalam hidupku,
Menjadi malaikat pelindung dalam tiap langkahku
Perkataannya dan semangatnya takkan pernah mampu kulupakan
Kedamaian yang senantiasa dipancarkan dalam tatapnya akan senantiasa kukenang
Selamat jalan Bapa,
Selamat menempati tempat terbaik yang telah Dia sediakan bagimu,
Selasa, 22 Februari 2011
Sahabatku Cinta Sejatiku
Kadang aku berpikir, "Apa yang salah dengan diriku ?"
Kadang juga aku berpikir, "Apa sikapku yang telah melukaimu ?"
Mengapa engkau diam seribu bahasa terhadapaku.
Seolah aku musuh yang harus kau jauhi seumur hidupku.
Kering air mataku.
Luka hatiku semakin dalam, terkoyak, berdarah, bernanah, dan sulit sembuh.
Tak dapatkah kau anggap aku sebagai sahabatmu.
Tak dapatkah kau perlakukan aku seperti layaknya engkau memperlakukan sesamamu.
Bicaralah padaku.
Pedulikan aku.
Sapalah aku.
Tersenyumlah padaku.
Siang malam aku berpikir, apa yang telah melukai hatimu.
Tiap detak jantungku, aku merenung apakah kataku telah melukaimu.
Dalam hening malam aku senantiasa merasa sakit dalam hatiku.
Tak sanggup kulakukan apapun untuk menggapai engkau selain berdoa.
Kutitip harapku pada Sang Pencipta.
Kuberharap agar Ia senantiasa memberkati engkau.
Agar Ia senantiasa melindungimu dari galau dan gemerlap dunia.
Kupinta agar Ia melimpahkan segala karunai bagimu dan keluargamu.
Sahabat, selamanya kau akan ada dalam hatiku.
Sahabat, walau harapku lebih namun aku berusaha membatasi diri.
Sahabat, aku kan selalu mengenang keindahan kala bersamamu, karena kaulah keindahan itu.
Sahabat, aku takkan sanggup menangis lagi untukmu, karena seluruh tangisku telah kuberi padamu.
Dan selamanya kau kan menempati tempat terindah dalam hatiku,
Dan dalam doaku namamu akan senantiasa kusebut
Dan tiap harapku adalah agar engkau bahagia.
Dan kau lah sahabatku, kau lah cinta sejatiku
Kadang juga aku berpikir, "Apa sikapku yang telah melukaimu ?"
Mengapa engkau diam seribu bahasa terhadapaku.
Seolah aku musuh yang harus kau jauhi seumur hidupku.
Kering air mataku.
Luka hatiku semakin dalam, terkoyak, berdarah, bernanah, dan sulit sembuh.
Tak dapatkah kau anggap aku sebagai sahabatmu.
Tak dapatkah kau perlakukan aku seperti layaknya engkau memperlakukan sesamamu.
Bicaralah padaku.
Pedulikan aku.
Sapalah aku.
Tersenyumlah padaku.
Siang malam aku berpikir, apa yang telah melukai hatimu.
Tiap detak jantungku, aku merenung apakah kataku telah melukaimu.
Dalam hening malam aku senantiasa merasa sakit dalam hatiku.
Tak sanggup kulakukan apapun untuk menggapai engkau selain berdoa.
Kutitip harapku pada Sang Pencipta.
Kuberharap agar Ia senantiasa memberkati engkau.
Agar Ia senantiasa melindungimu dari galau dan gemerlap dunia.
Kupinta agar Ia melimpahkan segala karunai bagimu dan keluargamu.
Sahabat, selamanya kau akan ada dalam hatiku.
Sahabat, walau harapku lebih namun aku berusaha membatasi diri.
Sahabat, aku kan selalu mengenang keindahan kala bersamamu, karena kaulah keindahan itu.
Sahabat, aku takkan sanggup menangis lagi untukmu, karena seluruh tangisku telah kuberi padamu.
Dan selamanya kau kan menempati tempat terindah dalam hatiku,
Dan dalam doaku namamu akan senantiasa kusebut
Dan tiap harapku adalah agar engkau bahagia.
Dan kau lah sahabatku, kau lah cinta sejatiku
Senin, 21 Februari 2011
Bintang Hatiku
Aku jatuh cinta.
Jatuh cinta dengan kelembutanmu.
Jatuh cinta dengan senyumanmu.
Jatuh cinta dengan tatap matamu.
Aku tergila-gila.
Tergila-gila pada hangat suaramu.
Tergila-gila pada riang candamu.
Tergila-gila pada genggam tanganmu.
Aku tak kan mampu lepas darimu.
Selamanya aku akan menautkan hati ini padamu.
Tak kan mampu aku berpaling darimu.
Bahkan tuk berpalingpun aku tak sanggup.
Panah cinta itu telah menembus hatiku.
Tertancap kuat dalam sanubariku.
Tiap hela nafasku hanya cintamu yang kuingat.
TIap langkahku selalu diiring cintamu.
Cintamu bagaikan hangat mentari bagi hati dinginku.
Cintamu laksana bintang dalam kelam sanubariku.
Kau nyalakan kembali semangatku.
Kau hidupkan kembali kasihku.
Aku tak mau hanya berdiam diri menanti engkau datang padaku.
Aku tak mau menantikan hanya membalas kata cintamu padaku.
Aku hendak menghampiri engkau, menjemput cintamu.
Aku akan mengatakan cinta kepadamu.
Karena engkau begitu berarti bagiku.
Aku tak sanggup jauh darimu.
Aku tak sanggup lepas darimu.
Karena kau nafas jiwa kasihku.
Untuk seseorang yang menempati tempat terbaik di hatiku,
Namun tak mungkin untuk kuraih
Jatuh cinta dengan kelembutanmu.
Jatuh cinta dengan senyumanmu.
Jatuh cinta dengan tatap matamu.
Aku tergila-gila.
Tergila-gila pada hangat suaramu.
Tergila-gila pada riang candamu.
Tergila-gila pada genggam tanganmu.
Aku tak kan mampu lepas darimu.
Selamanya aku akan menautkan hati ini padamu.
Tak kan mampu aku berpaling darimu.
Bahkan tuk berpalingpun aku tak sanggup.
Panah cinta itu telah menembus hatiku.
Tertancap kuat dalam sanubariku.
Tiap hela nafasku hanya cintamu yang kuingat.
TIap langkahku selalu diiring cintamu.
Cintamu bagaikan hangat mentari bagi hati dinginku.
Cintamu laksana bintang dalam kelam sanubariku.
Kau nyalakan kembali semangatku.
Kau hidupkan kembali kasihku.
Aku tak mau hanya berdiam diri menanti engkau datang padaku.
Aku tak mau menantikan hanya membalas kata cintamu padaku.
Aku hendak menghampiri engkau, menjemput cintamu.
Aku akan mengatakan cinta kepadamu.
Karena engkau begitu berarti bagiku.
Aku tak sanggup jauh darimu.
Aku tak sanggup lepas darimu.
Karena kau nafas jiwa kasihku.
Untuk seseorang yang menempati tempat terbaik di hatiku,
Namun tak mungkin untuk kuraih
Kamis, 27 Januari 2011
Senin, 17 Januari 2011
From Me To You
Terkadang aku berpikir,
Hidup jauh dariMu adalah suatu kenikmatan,
Dimana aku tak perlu risau akan larangan,
Akan nilai baik dan buruk.
Tak jarang aku berkhayal,
Kenikmatan hidup kala aku jauh darimu,
Tak perlu menimbang norma dan nilai,
Cukup menjalani hidup dengan ketulusan.
Aku tak hendak hidup jauh dariMu,
Namun aku tak hendak mengikatkan hatiku pada ajaranMu,
AjaranMu yang hidup di hatiku adalah kasih,
Bukan menghakimi dan bukan menilai sesama.
Tak gunalah kepandaianku jika itu akan merendahkan sesamaku,
Tak gunalah manis tutur kataku, jika itu hanya kepura-puraan belaka,
Tak gunalah kebijaksanaanku menurut penilaian sesama, jika itu hanya untuk menyombongkan diriku,
Tak gunalah aku dekat denganMu, jika itu hanya untuk memenuhi formalitas beragama.
Sungguh berbahagialah aku, jika aku dapat menerima Engkau bukan karena ajaran seseorang.
Sungguh bersukacitalah hatiku, jika aku dapat dekat denganmu bukan untuk mengambil hati seseorang,
Sungguh bersyukurlah aku, bila aku dapat sempurna bukan dalam pandangan orang lain,
Sungguh bergiranghatilah aku, bila aku dapat menjadi kesayangaMu bukan berdasar kata orang.
Tuhan, aku sungguh ingin dekat denganMu, tetapi bukan untuk menarik seseorang agar mencintaiku.
Aku sungguh ingin mengikuti semua kehendakMu, tetapi bukan perkataan orang lain yang mereka ucapkan itu adalah firmanMu.
Aku sungguh ingin menjadi perpanjangan tanganMu, tetapi bukan untuk mendapat penilaian baik di mata orang lain.
Aku sungguh ingin menjadi indah, namun bukan untuk menyenangkan sesamaku, melainkan hanya untuk Engkau.
Tuhan, jikalau aku mampu berkata-kata, itu bukanlah untuk menunjukkan kebijaksanaanku, tetapi untuk menunjukkan hadirMu dalam hidupku.
Jikalau aku mampu berbagi dengan sesamaku, itu bukanlah karena kelebihanku, tetapi karena berkatMu yang melimpah dalam hidupku yang sudah tak mampu tuk kubendung dalam hidupku.
Jika aku mampu menghibur sesamaku, itu bukanlah agar aku dicintai sesamaku, tetapi agar aku mengenal kasih yang sesungguhnya dariMu.
Jikalau aku mampu menyelesaikan masalah dan persoalan, itu bukanlah karena hebatku, namun agar aku memiliki kepercayaan pada berkatmu.
Tuhan, aku tak ingin menjadi seperti apa yang orang bilang baik maka itu baik bagiMu,
Aku ingin menjadi baik menurut apa yang Engkau nilai baik.
Aku tidak ingin menjadi bijaksana seperti penilaian orang-orang kepadaku,
Aku ingin menjadi bijaksana hanya bagi dirku sendiri, agar aku tidak perlu menghakimi sesamaku.
Tuhan, aku bukanlah aku yang dinilai orang lain,
Baik menurut orang lain, penuh kasih menurut orang lain, bijaksana menurut orang lain.
Penilaian itu baik adanya bagiku, tetapi itu hanya kesenangan semu bagiku.
Aku hanya ingin menjadi baik dalam pandanganMu, dan bila saatnya tiba nanti, Engkau yang akan menjadi pusat cinta seutuhnya dalam hidupku
"Dan aku tidaklah ingin dekat denganMu hanya untuk menyenangkan sesamaku,
Namun aku hanya ingin dekat denganMu agar aku tahu betapa senangnya hatiku saat itu.
Bukan penilaian baik dari manusia yang menjadikan aku baik bagimu,
Tetapi penilaian baik dariMu yang akan menjadikan aku sempurna bagi kerajaanMu"
Hidup jauh dariMu adalah suatu kenikmatan,
Dimana aku tak perlu risau akan larangan,
Akan nilai baik dan buruk.
Tak jarang aku berkhayal,
Kenikmatan hidup kala aku jauh darimu,
Tak perlu menimbang norma dan nilai,
Cukup menjalani hidup dengan ketulusan.
Aku tak hendak hidup jauh dariMu,
Namun aku tak hendak mengikatkan hatiku pada ajaranMu,
AjaranMu yang hidup di hatiku adalah kasih,
Bukan menghakimi dan bukan menilai sesama.
Tak gunalah kepandaianku jika itu akan merendahkan sesamaku,
Tak gunalah manis tutur kataku, jika itu hanya kepura-puraan belaka,
Tak gunalah kebijaksanaanku menurut penilaian sesama, jika itu hanya untuk menyombongkan diriku,
Tak gunalah aku dekat denganMu, jika itu hanya untuk memenuhi formalitas beragama.
Sungguh berbahagialah aku, jika aku dapat menerima Engkau bukan karena ajaran seseorang.
Sungguh bersukacitalah hatiku, jika aku dapat dekat denganmu bukan untuk mengambil hati seseorang,
Sungguh bersyukurlah aku, bila aku dapat sempurna bukan dalam pandangan orang lain,
Sungguh bergiranghatilah aku, bila aku dapat menjadi kesayangaMu bukan berdasar kata orang.
Tuhan, aku sungguh ingin dekat denganMu, tetapi bukan untuk menarik seseorang agar mencintaiku.
Aku sungguh ingin mengikuti semua kehendakMu, tetapi bukan perkataan orang lain yang mereka ucapkan itu adalah firmanMu.
Aku sungguh ingin menjadi perpanjangan tanganMu, tetapi bukan untuk mendapat penilaian baik di mata orang lain.
Aku sungguh ingin menjadi indah, namun bukan untuk menyenangkan sesamaku, melainkan hanya untuk Engkau.
Tuhan, jikalau aku mampu berkata-kata, itu bukanlah untuk menunjukkan kebijaksanaanku, tetapi untuk menunjukkan hadirMu dalam hidupku.
Jikalau aku mampu berbagi dengan sesamaku, itu bukanlah karena kelebihanku, tetapi karena berkatMu yang melimpah dalam hidupku yang sudah tak mampu tuk kubendung dalam hidupku.
Jika aku mampu menghibur sesamaku, itu bukanlah agar aku dicintai sesamaku, tetapi agar aku mengenal kasih yang sesungguhnya dariMu.
Jikalau aku mampu menyelesaikan masalah dan persoalan, itu bukanlah karena hebatku, namun agar aku memiliki kepercayaan pada berkatmu.
Tuhan, aku tak ingin menjadi seperti apa yang orang bilang baik maka itu baik bagiMu,
Aku ingin menjadi baik menurut apa yang Engkau nilai baik.
Aku tidak ingin menjadi bijaksana seperti penilaian orang-orang kepadaku,
Aku ingin menjadi bijaksana hanya bagi dirku sendiri, agar aku tidak perlu menghakimi sesamaku.
Tuhan, aku bukanlah aku yang dinilai orang lain,
Baik menurut orang lain, penuh kasih menurut orang lain, bijaksana menurut orang lain.
Penilaian itu baik adanya bagiku, tetapi itu hanya kesenangan semu bagiku.
Aku hanya ingin menjadi baik dalam pandanganMu, dan bila saatnya tiba nanti, Engkau yang akan menjadi pusat cinta seutuhnya dalam hidupku
"Dan aku tidaklah ingin dekat denganMu hanya untuk menyenangkan sesamaku,
Namun aku hanya ingin dekat denganMu agar aku tahu betapa senangnya hatiku saat itu.
Bukan penilaian baik dari manusia yang menjadikan aku baik bagimu,
Tetapi penilaian baik dariMu yang akan menjadikan aku sempurna bagi kerajaanMu"
Minggu, 16 Januari 2011
Welcome To 30th Zone to Myself
I am a woman now...and I am in 30th zone now..... :)
Lama banget pengen ngepost kalimat itu, tapi belum nemu momen yang pas karena pas waktu ada keinginan ngepost itu kan belum in 30th zone...so ditunggu lah saat yang tepat, dan hari ini adalah saat yang tepat.
Tadinya si pengen buat post an ini dalam bahasa "tetangga" biar maknanya lebih dalem lagi, tapi berhubung keterbatasan sumber daya pribadi yang dimiliki, so di post dalam bahasa lokal setempat aja deh ^_^
Akhirnya saat yang ditunggu tiba juga. Pergantian dari kepala "2" menjadi kepala "3"
Setahun yang lalu, pernah bertanya pada seseorang "Gimana rasanya umur 30 ?"
Jawaban dari dia adalah "Ya sama aja lah Lise, kan tiap taon juga ulang tahun"
Maybe dia yang menjawab itu membaca tulisan ini, maybe juga dia ga baca, but ga tersangkut dari dia baca atau ga tulisan ini, yang pasti kalo aku ditanya "Gimana rasanya umur 30 ?" maka aku akan menjawab "Wow, gile, gue dah 30 yaaa...udah dewasa ni, berubah dari seorang gadis menjadi seorang wanita"
Hahaha...ga ada kecemasan dalam memasuki usia kepala "3"
GA ADA sama sekali.....malahan aku excited banget pas bangun tidur dan tersadar kalo "Gue dah ga anak-anak lagi ni, gue da kepala "3" loh....kalo bertindak da kudu mikir dan da kudu rem omongan lah klo ga penting biar ga nyakitin orang lain"
Apalagi yang dirasa ya di awal kepala "3" ini ?
Berasa blessfull banget (eh bener salah si ni nulisnya, anggep aja bener d heheh).
Gimana ga berasa penuh berkat, semua orang mendoakan mulai dari yang simple "semoga sehat, panjang umur" sampai yang rada berat "semoga tetap menjadi berkat bagi sesama" dan juga yang meneguhkan "janjiNya ga akan pernah terlambat"
Perasaan lainnya ada juga sih. Berasa lebih bertanggung jawab terhadap hidup ini, terutama untuk langkah ke depannya. Ga mau juga kan kalo dalam hidup ke depannya cuma "Mengalir bagaikan air, or let it flow aja"
So, pas di penghujung usia kepala "2" kemaren ada dong target yang udah ditetapkan. Just a simple plan si...pengen banget punya usaha dimana itu bisa dikelola sepenuhnya secara pribadi, dan nantinya usaha itu boleh menjadi berkat juga bagi sesama, entah itu membuka lapangan kerja bagi sesama, atau sekedar sebagai penyalur berkat bagi sesama.
Oh ya ampun...dalam usia baruku ini luar biasa banyak hal-hal yang telah kurencanakan.
Aku sama sekali tidak merasa usiaku semakin berkurang, tetapi yang kurasakan adalah hidupku yang semakin penuh berkat, semakin bersemangat, semakin penuh warna.
Okay lah....masa lalu telah kututup dan kujadikan kenangan.
Aku siap menyongsong masa depanku.
Kubuka lembaran baru, dan akan kutulis kisah-kisa indah untuk masa depanku.
"Welcome to 30th zone for myself"
Lama banget pengen ngepost kalimat itu, tapi belum nemu momen yang pas karena pas waktu ada keinginan ngepost itu kan belum in 30th zone...so ditunggu lah saat yang tepat, dan hari ini adalah saat yang tepat.
Tadinya si pengen buat post an ini dalam bahasa "tetangga" biar maknanya lebih dalem lagi, tapi berhubung keterbatasan sumber daya pribadi yang dimiliki, so di post dalam bahasa lokal setempat aja deh ^_^
Akhirnya saat yang ditunggu tiba juga. Pergantian dari kepala "2" menjadi kepala "3"
Setahun yang lalu, pernah bertanya pada seseorang "Gimana rasanya umur 30 ?"
Jawaban dari dia adalah "Ya sama aja lah Lise, kan tiap taon juga ulang tahun"
Maybe dia yang menjawab itu membaca tulisan ini, maybe juga dia ga baca, but ga tersangkut dari dia baca atau ga tulisan ini, yang pasti kalo aku ditanya "Gimana rasanya umur 30 ?" maka aku akan menjawab "Wow, gile, gue dah 30 yaaa...udah dewasa ni, berubah dari seorang gadis menjadi seorang wanita"
Hahaha...ga ada kecemasan dalam memasuki usia kepala "3"
GA ADA sama sekali.....malahan aku excited banget pas bangun tidur dan tersadar kalo "Gue dah ga anak-anak lagi ni, gue da kepala "3" loh....kalo bertindak da kudu mikir dan da kudu rem omongan lah klo ga penting biar ga nyakitin orang lain"
Apalagi yang dirasa ya di awal kepala "3" ini ?
Berasa blessfull banget (eh bener salah si ni nulisnya, anggep aja bener d heheh).
Gimana ga berasa penuh berkat, semua orang mendoakan mulai dari yang simple "semoga sehat, panjang umur" sampai yang rada berat "semoga tetap menjadi berkat bagi sesama" dan juga yang meneguhkan "janjiNya ga akan pernah terlambat"
Perasaan lainnya ada juga sih. Berasa lebih bertanggung jawab terhadap hidup ini, terutama untuk langkah ke depannya. Ga mau juga kan kalo dalam hidup ke depannya cuma "Mengalir bagaikan air, or let it flow aja"
So, pas di penghujung usia kepala "2" kemaren ada dong target yang udah ditetapkan. Just a simple plan si...pengen banget punya usaha dimana itu bisa dikelola sepenuhnya secara pribadi, dan nantinya usaha itu boleh menjadi berkat juga bagi sesama, entah itu membuka lapangan kerja bagi sesama, atau sekedar sebagai penyalur berkat bagi sesama.
Oh ya ampun...dalam usia baruku ini luar biasa banyak hal-hal yang telah kurencanakan.
Aku sama sekali tidak merasa usiaku semakin berkurang, tetapi yang kurasakan adalah hidupku yang semakin penuh berkat, semakin bersemangat, semakin penuh warna.
Okay lah....masa lalu telah kututup dan kujadikan kenangan.
Aku siap menyongsong masa depanku.
Kubuka lembaran baru, dan akan kutulis kisah-kisa indah untuk masa depanku.
"Welcome to 30th zone for myself"
Jumat, 14 Januari 2011
Kamis, 13 Januari 2011
Menjelang "30"
Menghitung detik-detik terakhir dengan umur kepala "2"
Ada kecemasan untuk memasukin usia kepala "3" ?
Jawabku dalam hati adalah "Tidak ada keraguan untuk memasuki usia kepala "3" tersebut"
Aku sangat menantikan waktu itu segera tiba.
Tiga adalah angka terakhir sebelum kita melangkah ke tahap yang lebih tinggi.
Kala seseorang ingin memulai sesuatu, pasti ia akan berhitung satu, dua, tiga dan setelah itu ia memulainya.
Saat sekolah menengah juga kita memulainya dengan kelas satu, kelas dua, kelas tiga, kemudian kita lulus dan siap melanjutkan ke tingkat selanjutnya.
Tetapi waspadalah juga terhadap angka "3" tersebut.
Tatkala bekerja, saat kita mendapat surat peringatan atau lazim dengan nama SP maka bila kita sudah mendapatkan "3" maka itu artinya kelalaian kita sudah tidak dapat ditolerir.
Untuk penanggungan dalam pajak anak yang diperkenankan adalah "3"
Maka, tiga dapatlah menjadi acuan untuk terus maju melangkah dan menjadi titik tolak untuk meloncat ke tahap selanjutnya, dan tiga dapat pula berarti bahwa kita harus berhati-hati dalam melangkah selanjutnya agar hidup kita terhindar dari kesulitan.
Menjelang pergantian kepala usiaku, banyak impian, cita dan harap yang kutabur.
Banyak rencana yang kutulis dalam hidupku untuk aku raih.
Banyak pengandaian yang aku buat untuk mencegah hal buruk terjadi, dan bagaimana cara mengatasinya.
Tetapi semuanya itu telah Ia rancangkan dalam hidupku, dan bagianku adalah menjalankan rancanganNya.
"Tidaklah aku takut akan usiaku,
tetapi takutlah aku bila aku gagal menjadi seperti yang Engkau rancangkan.
Tidaklah aku cemas akan perkataan orang,
tetapi cemaslah aku bila aku melukai sesamaku dengan laku dan tuturku"
Ada kecemasan untuk memasukin usia kepala "3" ?
Jawabku dalam hati adalah "Tidak ada keraguan untuk memasuki usia kepala "3" tersebut"
Aku sangat menantikan waktu itu segera tiba.
Tiga adalah angka terakhir sebelum kita melangkah ke tahap yang lebih tinggi.
Kala seseorang ingin memulai sesuatu, pasti ia akan berhitung satu, dua, tiga dan setelah itu ia memulainya.
Saat sekolah menengah juga kita memulainya dengan kelas satu, kelas dua, kelas tiga, kemudian kita lulus dan siap melanjutkan ke tingkat selanjutnya.
Tetapi waspadalah juga terhadap angka "3" tersebut.
Tatkala bekerja, saat kita mendapat surat peringatan atau lazim dengan nama SP maka bila kita sudah mendapatkan "3" maka itu artinya kelalaian kita sudah tidak dapat ditolerir.
Untuk penanggungan dalam pajak anak yang diperkenankan adalah "3"
Maka, tiga dapatlah menjadi acuan untuk terus maju melangkah dan menjadi titik tolak untuk meloncat ke tahap selanjutnya, dan tiga dapat pula berarti bahwa kita harus berhati-hati dalam melangkah selanjutnya agar hidup kita terhindar dari kesulitan.
Menjelang pergantian kepala usiaku, banyak impian, cita dan harap yang kutabur.
Banyak rencana yang kutulis dalam hidupku untuk aku raih.
Banyak pengandaian yang aku buat untuk mencegah hal buruk terjadi, dan bagaimana cara mengatasinya.
Tetapi semuanya itu telah Ia rancangkan dalam hidupku, dan bagianku adalah menjalankan rancanganNya.
"Tidaklah aku takut akan usiaku,
tetapi takutlah aku bila aku gagal menjadi seperti yang Engkau rancangkan.
Tidaklah aku cemas akan perkataan orang,
tetapi cemaslah aku bila aku melukai sesamaku dengan laku dan tuturku"
Senin, 10 Januari 2011
My Lovely Guardian Angel
Just me and my diary
Hari ini sedang ingin bercerita tentang seseorang yang selalu menjadi "Guardian Angle" ku.
Seseorang yang menurutku tidak memiliki keistimewaan apapun.
Sederhana dalam hal penampilan, ringkas dalam hal berpikir, dan memiliki rupa yang tidaklah rupawan menurutku
Namun dalam kesederhanaan itulah ia menjadi bersahaja bagiku.
Tak banyak yang mampu ia berikan padaku.
Ia tak mampu berkata yang dapat menyenangkan hatiku.
Ia tak mampu menyediakan waktu yang cukup untuk memperhatikanku.
Ia tak mampu memberiku semangat, seperti aku menyemangatinya.
Tetapi banyak hal yang mampu ia berikan padaku.
Ia selalu ada saat aku butuhkan.
Ia selalu menyediakan telinganya untuk mendengar keluh kesahku.
Ia senantiasa tersenyum yang mampu menenangkan hatiku
Awal mulanya aku merasa terusik dengan kehadirannya.
Seseorang yang selalu hadir dengan topik pembicaraan yang sungguh tidak menyenangkan
Seseorang yang ada di sisiku tetapi tidak berkata suatu katapun, hanya diam dan menatap
Seseorang yang selalu membuat lelucon yang tidak mampu membuatku tertawa
Kini aku mengerti arti hadirnya dalam kehidupanku
Ia hadir bukan untuk menawan hatiku, tetapi untuk menenangkan hatiku
Ia hadir bukan untuk menjadi penggemar butaku, tetapi untuk menjadi pelindung sejatiku.
Ia datang bukan untuk membuatku tertawa, tetapi untuk menghibur batinku
Dan sekarang, aku memanggilmu bukan teman, bukan sahabat, bukan kekasih,
Tetapi aku akan senantiasa memanggilmu "My Guardian Angel"
Karena engkau selalu menjaga dan melindungiku dari kesusahan, kesedihan dan kecemasan.
Karena engkau adalah wujud kasih sesungguhnya dari Dia bagiku
For my lovely guardian angel ^_^
Hari ini sedang ingin bercerita tentang seseorang yang selalu menjadi "Guardian Angle" ku.
Seseorang yang menurutku tidak memiliki keistimewaan apapun.
Sederhana dalam hal penampilan, ringkas dalam hal berpikir, dan memiliki rupa yang tidaklah rupawan menurutku
Namun dalam kesederhanaan itulah ia menjadi bersahaja bagiku.
Tak banyak yang mampu ia berikan padaku.
Ia tak mampu berkata yang dapat menyenangkan hatiku.
Ia tak mampu menyediakan waktu yang cukup untuk memperhatikanku.
Ia tak mampu memberiku semangat, seperti aku menyemangatinya.
Tetapi banyak hal yang mampu ia berikan padaku.
Ia selalu ada saat aku butuhkan.
Ia selalu menyediakan telinganya untuk mendengar keluh kesahku.
Ia senantiasa tersenyum yang mampu menenangkan hatiku
Awal mulanya aku merasa terusik dengan kehadirannya.
Seseorang yang selalu hadir dengan topik pembicaraan yang sungguh tidak menyenangkan
Seseorang yang ada di sisiku tetapi tidak berkata suatu katapun, hanya diam dan menatap
Seseorang yang selalu membuat lelucon yang tidak mampu membuatku tertawa
Kini aku mengerti arti hadirnya dalam kehidupanku
Ia hadir bukan untuk menawan hatiku, tetapi untuk menenangkan hatiku
Ia hadir bukan untuk menjadi penggemar butaku, tetapi untuk menjadi pelindung sejatiku.
Ia datang bukan untuk membuatku tertawa, tetapi untuk menghibur batinku
Dan sekarang, aku memanggilmu bukan teman, bukan sahabat, bukan kekasih,
Tetapi aku akan senantiasa memanggilmu "My Guardian Angel"
Karena engkau selalu menjaga dan melindungiku dari kesusahan, kesedihan dan kecemasan.
Karena engkau adalah wujud kasih sesungguhnya dari Dia bagiku
For my lovely guardian angel ^_^
Kamis, 06 Januari 2011
Give and Give not Take and Give
Take and give
Memberi dan menerima
Berbuat baiklah terlebih dahulu maka balasan baik akan diterima
Prinsip jaman dulu banget, kalo kamu diberi maka orang lain akan memberi padamu.
Kalo kamu berbuat baik maka orang lain akan berbuat baik padamu.
Lalu keadaannya akan menjadi berbalik bila saat kita memberi ternyata orang lain tidak memberi kepada kita.
Kalimat yang selanjutnya keluar adalah "Ga tau balas budi"
Trus kalo ktia sudah merencanakan berbuat baik kepada seseorang, tapi ternyata sesaat sebelum kita melakukannya dan orang itu berbuat hal yang menurut kita melukai kita, lantas kita dapat saja mengurungkan niat untuk memberikan kebaikan itu padanya.
Loh...kok jadi gitu si ?
Kenapa niat hati kita yang baik itu bisa pupus hanya karena sikap orang yang menurut kita "ga baik" ke kita ?
Aduh ga banget deh kalo hal itu yang membatalkan niat hati kita yang baik untuk memberi.
Coba deh liat contoh Kekasih kita, Dia memberikan total hidupnya bagi kita.
Dia mengharapkan sesuatu dari kita ?
Dia mengharapkan kita membalas kebaikanNya ?
Ya ga lah....kan Dia sudah memiliki segala sesuatu dalam KerajaanNya, so apapun yang kita lakuin ga akan mampu menambah kekayaan dalam KerajaanNya.
Dia melakukan kebaikan bagi kita bukan untuk mendapat balasan, tapi memang Dia melakukan itu bagi kita.
So, kalo kita mo berbuat baik dan berbagi kasih ke sesama, ga perlu mikir "Malu ah, perbuatanku ga seberapa nilainya" atau kalau perbuatan baik kita tidak dibalas dengan perbuatan baik kita juga jangan mikir "Ih..ga tau terima kasih banget si, udah ditolong kok malah gitu," atau juga pas mo memberi kasih ke orang lain tapi orang tersebut malah melukai kita jangan pula kita mikir "Ah, ga jadi ah, lah dia mo dibantu kok malah nyakitin si, untung ga jadi bantu"
Aduh...aduh....kalo mo berbuat baik ya lakuin aja, ga usah mikir bantuan itu kekecilan lah, ga usah mengharapkan balasan juga, dan juga ga usah deh mikir kalo orang udah jahat ma kita maka dia ga layak menerima kebaikan kita.
Yang menilai layak dan ga layak itu bukan kita, tapi Kekasih kita. Kalo kita berhasil berbuat baik tanpa perhitungan dengan sesama kita, pasti Kekasih kita sangat senang dan bangga, dan Dia akan berkata "Ternyata hatiKu yang baik telah mampu aku wariskan pada kekasihKu"
Jadi....ayo dong kalo mo berbuat baik ga usah banyak pertimbngan yang negatif yaaa...
"Hati itu baik dan penuh kasih,
Perbuatan akan memancarkan hati tersebut,
Ego akan menghambat perbuatan,
Akhirya mampu mematikan hati yang baik"
Memberi dan menerima
Berbuat baiklah terlebih dahulu maka balasan baik akan diterima
Prinsip jaman dulu banget, kalo kamu diberi maka orang lain akan memberi padamu.
Kalo kamu berbuat baik maka orang lain akan berbuat baik padamu.
Lalu keadaannya akan menjadi berbalik bila saat kita memberi ternyata orang lain tidak memberi kepada kita.
Kalimat yang selanjutnya keluar adalah "Ga tau balas budi"
Trus kalo ktia sudah merencanakan berbuat baik kepada seseorang, tapi ternyata sesaat sebelum kita melakukannya dan orang itu berbuat hal yang menurut kita melukai kita, lantas kita dapat saja mengurungkan niat untuk memberikan kebaikan itu padanya.
Loh...kok jadi gitu si ?
Kenapa niat hati kita yang baik itu bisa pupus hanya karena sikap orang yang menurut kita "ga baik" ke kita ?
Aduh ga banget deh kalo hal itu yang membatalkan niat hati kita yang baik untuk memberi.
Coba deh liat contoh Kekasih kita, Dia memberikan total hidupnya bagi kita.
Dia mengharapkan sesuatu dari kita ?
Dia mengharapkan kita membalas kebaikanNya ?
Ya ga lah....kan Dia sudah memiliki segala sesuatu dalam KerajaanNya, so apapun yang kita lakuin ga akan mampu menambah kekayaan dalam KerajaanNya.
Dia melakukan kebaikan bagi kita bukan untuk mendapat balasan, tapi memang Dia melakukan itu bagi kita.
So, kalo kita mo berbuat baik dan berbagi kasih ke sesama, ga perlu mikir "Malu ah, perbuatanku ga seberapa nilainya" atau kalau perbuatan baik kita tidak dibalas dengan perbuatan baik kita juga jangan mikir "Ih..ga tau terima kasih banget si, udah ditolong kok malah gitu," atau juga pas mo memberi kasih ke orang lain tapi orang tersebut malah melukai kita jangan pula kita mikir "Ah, ga jadi ah, lah dia mo dibantu kok malah nyakitin si, untung ga jadi bantu"
Aduh...aduh....kalo mo berbuat baik ya lakuin aja, ga usah mikir bantuan itu kekecilan lah, ga usah mengharapkan balasan juga, dan juga ga usah deh mikir kalo orang udah jahat ma kita maka dia ga layak menerima kebaikan kita.
Yang menilai layak dan ga layak itu bukan kita, tapi Kekasih kita. Kalo kita berhasil berbuat baik tanpa perhitungan dengan sesama kita, pasti Kekasih kita sangat senang dan bangga, dan Dia akan berkata "Ternyata hatiKu yang baik telah mampu aku wariskan pada kekasihKu"
Jadi....ayo dong kalo mo berbuat baik ga usah banyak pertimbngan yang negatif yaaa...
"Hati itu baik dan penuh kasih,
Perbuatan akan memancarkan hati tersebut,
Ego akan menghambat perbuatan,
Akhirya mampu mematikan hati yang baik"
Rabu, 05 Januari 2011
Semut Keajaiban
"Tuh kan pasang status itu lagi. Apa si maksudnya semut keajaiban itu?"
Demikian sapa seseorang pada percakapan di internet beberapa bulan yang lalu.
Pertanyaan yang hingga kini tidak kujawab, dan cenderung sengaja kuacuhkan untuk menggodanya.
Semut keajaiban, pada mulanya adalah judul sebuah buku tentang keajaiban yang berdasarkan kisah nyata dari rekan penulis buku tersebut.
Seiring perjalanan waktu, semut keajaiban itu kian akrab denganku.
Senantiasa mengiring jalan hidupku
Apakah semut keajaiban itu bagiku ?
Semut keajaiban itu bagiku adalah suatu motto, bahkan kujadikan pemacu semangat kala aku putus asa, sedih atau tertekan.
Semut adalah hewan kecil yang begitu giat bekerja.
Semut juga peduli pada sesamanya.
Pada semutlah aku belajar banyak hal, giat bekerja untuk mencapai tujuanku.
Pada semut pula aku mengerti, bahwa aku hidup dalam dunia sosial, dimana aku harus peduli dan berbagi dengan sesamaku.
Semut keajaiban yang kumaksudkan adalah berkat-berkat yang senantiasa Tuhan sediakan bagiku jika aku giat berusaha dan juga peduli pada sesamaku.
Banyak berkat yang telah Tuhan limpahkan padaku, walau menurutku kecil dan kadang aku tidak menyadarinya, tetapi berkatNya itu sangat berguna bagiku.
Maka melalui semut keajaiban aku berkaca. Aku haruslah melakukan bagianku dengan giat bekerja, dan peduli pada sesamaku, dan aku mengajak Tuhan bekerja sama dengan menerima berkat-berkatNya yang senantiasa dicurahkan bagiku.
"Dan inilah yang aku lakukan dalam hidupku,
Melakukan yang terbaik menurut kemampuanku, bekerja dan membantu sesamamku,
Dan aku mengajak Tuhan untuk menjadi mitra kerjaku,
Dengan mencukupkan segala sesuatu yang kubutuhkan untuk bekerja dan membantu sesamaku"
Demikian sapa seseorang pada percakapan di internet beberapa bulan yang lalu.
Pertanyaan yang hingga kini tidak kujawab, dan cenderung sengaja kuacuhkan untuk menggodanya.
Semut keajaiban, pada mulanya adalah judul sebuah buku tentang keajaiban yang berdasarkan kisah nyata dari rekan penulis buku tersebut.
Seiring perjalanan waktu, semut keajaiban itu kian akrab denganku.
Senantiasa mengiring jalan hidupku
Apakah semut keajaiban itu bagiku ?
Semut keajaiban itu bagiku adalah suatu motto, bahkan kujadikan pemacu semangat kala aku putus asa, sedih atau tertekan.
Semut adalah hewan kecil yang begitu giat bekerja.
Semut juga peduli pada sesamanya.
Pada semutlah aku belajar banyak hal, giat bekerja untuk mencapai tujuanku.
Pada semut pula aku mengerti, bahwa aku hidup dalam dunia sosial, dimana aku harus peduli dan berbagi dengan sesamaku.
Semut keajaiban yang kumaksudkan adalah berkat-berkat yang senantiasa Tuhan sediakan bagiku jika aku giat berusaha dan juga peduli pada sesamaku.
Banyak berkat yang telah Tuhan limpahkan padaku, walau menurutku kecil dan kadang aku tidak menyadarinya, tetapi berkatNya itu sangat berguna bagiku.
Maka melalui semut keajaiban aku berkaca. Aku haruslah melakukan bagianku dengan giat bekerja, dan peduli pada sesamaku, dan aku mengajak Tuhan bekerja sama dengan menerima berkat-berkatNya yang senantiasa dicurahkan bagiku.
"Dan inilah yang aku lakukan dalam hidupku,
Melakukan yang terbaik menurut kemampuanku, bekerja dan membantu sesamamku,
Dan aku mengajak Tuhan untuk menjadi mitra kerjaku,
Dengan mencukupkan segala sesuatu yang kubutuhkan untuk bekerja dan membantu sesamaku"
Selasa, 04 Januari 2011
Berbagilah Berkat Cuma-cuma
Gratis...free...cuma-cuma...semua orang pasti senang bila mendapatkan sesuatu secara cuma-cuma apalagi jika mendapatkannya dalam jumlah besar, dan yang didapatkannya adalah sesuatu yang sangat diinginkannya.
Saya pun sangat menyukai sesuatu yang saya dapatkan secara gratis, terlebih jika yang saya dapatkan itu adalah pemberian dari seseorang yang sangat berarti dari saya dan pemberiannya adalah sesuatu yang sangat saya harapkan.
Beberapa waktu yang lalu, kata-kata "Kamu mendapatkannya secara cuma-cuma dariKu, mengapa kamu memperhitungkannya untuk berbagi dengan sesamamu" kerap kali mengusik hidupku.
Ya, memang apa yang telah saya dapatkan selama ini didapatkan dengan cuma-cuma dariNya, tapi kan itu juga hasil kerja keras saya. Saya bekerja pagi, siang dan malam demi mencapai impian saya.
Terkadang pun saya mengabaikan waktu istirahat, waktu bersenang-senang, dan waktu tidur saya demi mencapai impian itu.
Lalu mengapa saya harus berbagi dengan orang lain yang sama sekali tidak melakukan apa-apa, mereka tidak bekerja maka mereka tidak dapat menikmati apa yang telah saya capai, demikian yang selalu saya lontarkan bila kalimat itu muncul dan mengusik kesenanganku dalam menikmati hasil kerjaku.
Hei.....kenapa saya perhitungan sekali ya dengan sesamaku ? Bukannya Dia telah melimpahkan berkat yang luar biasa banyak dalam hidupku secara cuma-cuma, tanpa saya minta, tanpa saya perlu melewati kesulitan ?
Ya, Dia telah melimpahkan segala kebaikan dalam hidupku. Kesehatan, keluarga yang sehat dan utuh, kesukaan, pekerjaan yang mapan, dan banyak hal yang kudapatkan tanpa perlu kupinta dan akupun tak perlu bekerja keras untuk meraih itu semua.
Lalu mengapa saya memperhitungkan bila ingin berbagi dengan sesama ?
Layakkah saya menilai seseorang tidak bekerja keras maka ia hidup berkekurangan ?
Layakkah saya menilai seseorang telah menyakitiku maka saya membatasi sikap untuk mulai menyapanya ?
Siapakah saya sehingga saya layak menilai sesama saya ?
Kini, setelah sekian waktu disentil oleh kalimat yang sama, maka saya mulai paham.
Apa yang saya dapatkan gratis, bukan karena kekuatan dan kemampuan saya maka semuanya itu saya dapatkan, tapi semua itu diberikan secara cuma-cuma oleh Dia. So, kenapa harus perhitungan lagi dalam membantu sesama. Membantu sesama dapat menjadi saluran berkatNya, dan sesamapun dapat merasakan berkat cuma-cuma itu.
Bejana saya pun tidak akan pernah kosong, apalagi kering. Setiap kali saya mengeluarkan isi bejana tersebut dengan berbagi pada sesama, maka Dia akan "menuangkan" berkat-berkatNya semakin deras dalam bejana saya.
"Hatiku bersorak karena Dia menjadikanku saluran berkatNya bagi sesama,
hatiku bersuka karena Dia menjadikan aku penghibur bagi sesama"
Kubangkit Karena Dia
Berhasil bangkit dari masa lalu yang kelam memiliki satu kepuasan tersendiri, apalagi jika aku menyadari bahwa "kebangkitan" itu bukan karena kekuatanku tetapi karena penyertaanNya yang luar biasa dalam hidupku.
Bergumul sekian lama dengan air mata, kesedihan, dan pandangan negatif dari banyak pihak telah menjadikan hatiku "beku."
Terkesan masa bodo dan tak peduli dengan sekitar adalah bentuk ego yang mampu kurasakan.
Emosi yang tak stabil dan mudah marah adalah apa yang orang lain lihat dari diriku saat pergumulan itu terjadi.
Saat aku tengah bergumul dengan suatu masalah, aku selalu melarikan diri dalam dosa-dosa kenikmatan yang kucari. Sesaat hal itu mampu memberi kelegaan padaku, mampu menghilangkan kesedihanku. Itu hanya terjadi sementara, setalah kenikmatan itu hilang, yang didapat hanya perasaan bersalah, tapi itu tidak cukup. Jerat dosa yang jauh lebih besar sedang mengintai.
Berat dan sulit itulah yang kurasakan untuk mampu bangkit dari keterpurukanku, untuk mampu menapak maju meraih masa depanku yang telah dirancangkanNya.
Kekuatanku bukan berasal dari diriku, tetapi dari Dia yang telah merancangkan kehidupanku.
Kala intaian dosa yang lebih besar mengincarku, aku menjatuhkan diriku dalam keheninganNya.
Kuberharap Ia mampu mengangkatku dari lembah dosa dan meletakkanku kembali pada jalanNya.
Dan Ia adalah Allah yang luar biasa.
Saat aku berputus asa dengan keadaanku, Ia benar-benar memegang tanganku, Ia menarikku keluar dari lembah dosa, dan Ia meletakkanku kembali pada jalanNya.
Kini setelah aku bangkit dari keterpurukanku, nyanyianku bukanlah nyanyian kemenangan akan kehebatanku bangkit kembali.
Nyanyianku adalah nyanyian syukur karena penghiburan yang penyelamatan yang diberikanNya kepadaku.
Satu lagu yang senantiasa ada dalam kalbuku kala aku terpuruk
HANYA KEPADA-NYA KU 'KAN BERLARI
DI SAAT KU BIMBANG DALAM HIDUPKU
YANG AKU PERCAYA DALAM HADIRAT-NYA
ADA KEKUATAN YANG BARU
WALAU KU MELANGKAH DALAM TEKANAN
BADAI PENCOBAAN DATANG MENGHADANG
YANG AKU PERCAYA DALAM HADIRAT-NYA
ADA KEKUATAN YANG BARU
KU KAN TERBANG TINGGI BAGAI RAJAWALI
DI ATAS SEGALA PERSOALAN HIDUPKU
DAN AKU PERCAYA SAAT KU BERSAMA DIA
TIADA YANG MUSTAHIL BAGI DIA
Happy Single
Sewaktu istirahat dari rutinitas pekerjaan yang lumayan menguras pikiran dan emosi, iseng-iseng berkunjung ke web tetangga. Ga tau mo ngapain di web tetangga, eh mata tertumbuk pada album foto satu teman yang sampai saat ini masih jomblo, tepatnya memilih hidup selibat awam.
Dalam album foto itu terdapat foto teman-teman yang masih jomblo alias single dan belum punya pasangan.
Jadi tertarik untuk nulis di blog karena album foto itu.
Dua tahun terakhir, pikiran sangat terbeban untuk mencari dan segera menemukan pasangan.
Mungkin dulu dorongan untuk mencari pasangan adalah karena tuntutan dari lingkungan, dimana banyak orang yang masih beranggapan kalau ga ada pasangan maka nanti hidup akan susah, ga ada yang jagain kalo dah tua. Dorongan lainnya adalah umur, dimana menurut orang kalo selisih umur orang tua dan anak terlalu jauh maka nantinya saat anak sedang bertumbuh dan memerlukan biaya banyak tapi orang tua sudah kehabisan tenaga akibat usia yang sudah melewati kepala 5, alias sudah memasuki usia pensiun.
Dorongan lainnya dari diri sendiri. Sometimes, jujur ga jujur, dari dalam hati ada keinginan untuk memiliki pasangan karena merasa "iri" dengan pasangan lain, dimana pas lagi malem mingguan di mol biasanya berserakan pasangan sementara kalo kita masih jomblo kan ga ada pasangan, ga ada yang bisa digandeng, ga ada pasangan yang ngerangkul kita.
Di penghujung tahun 2010 lalu, pikiran tuk segera mencari dan menemukan pasangan sedikit mulai memudar.
Masih ada kerinduan untuk memiliki pasangan, tapi tidak seperti dua tahun terakhir.
Setelah melewati masa-masa "mencari" itu, aku sampai pada satu hal yang lumayan bikin aku tenang. Kenapa harus kuatir ya dengan masa depanku itu ?
Sekarang memang aku masih single, dan aku ga tau ke depannya aku akan menikah atau tidak, tetapi pilihanku adalah menikah, namun jika Dia telah merancangkan jalan hidupku, maka bagianku adalah mengikuti rancanganNya. Dia pasti sudah sediakan yang terbaik bagi masa depanku.
Selama masa-masa "penantian" ini, banyak hal yang dapat dilakukan.
Fokus pada pekerjaan dimana sebagian besar hidup kita adalah bekerja.
Fokus pada keluarga, menikmati kebersamaan dengan orang tua, saudara, sahabat dan teman.
Waktu luang yang tersedia dapat kita gunakan untuk melakukan hoby yang kita sukai.
Pasti banyak potensi yang ada dalam diri kita yang belum tergali, nah saat "penantian" ini bisa kita manfaatkan untuk menggali potensi diri kita semaksimal mungkin.
So, sekarang I am not worry about my status, kalo ada yang tanya udah punya pacar belum maka aku akan dengan sukacita menjawab "Tunggu waktuNya aja," dan kalau ada yang bilang aku pemilih, maka aku akan jawab "Ya dong dipilih, karena itu adalah keputusan seumur hidup, Dia kasih kita logika untuk berpikir, maka itu harus digunakan."
"Dan kini aku mampu bersorak sorai bukan karena penghiburan semu yang kudapatkan dari dunia ini, melainkan penghiburan yang berasal dariNya. Dia mengerti keadaanku, maka Dia akan melakukan yang terbaik bagi masa depanku"
Dalam album foto itu terdapat foto teman-teman yang masih jomblo alias single dan belum punya pasangan.
Jadi tertarik untuk nulis di blog karena album foto itu.
Dua tahun terakhir, pikiran sangat terbeban untuk mencari dan segera menemukan pasangan.
Mungkin dulu dorongan untuk mencari pasangan adalah karena tuntutan dari lingkungan, dimana banyak orang yang masih beranggapan kalau ga ada pasangan maka nanti hidup akan susah, ga ada yang jagain kalo dah tua. Dorongan lainnya adalah umur, dimana menurut orang kalo selisih umur orang tua dan anak terlalu jauh maka nantinya saat anak sedang bertumbuh dan memerlukan biaya banyak tapi orang tua sudah kehabisan tenaga akibat usia yang sudah melewati kepala 5, alias sudah memasuki usia pensiun.
Dorongan lainnya dari diri sendiri. Sometimes, jujur ga jujur, dari dalam hati ada keinginan untuk memiliki pasangan karena merasa "iri" dengan pasangan lain, dimana pas lagi malem mingguan di mol biasanya berserakan pasangan sementara kalo kita masih jomblo kan ga ada pasangan, ga ada yang bisa digandeng, ga ada pasangan yang ngerangkul kita.
Di penghujung tahun 2010 lalu, pikiran tuk segera mencari dan menemukan pasangan sedikit mulai memudar.
Masih ada kerinduan untuk memiliki pasangan, tapi tidak seperti dua tahun terakhir.
Setelah melewati masa-masa "mencari" itu, aku sampai pada satu hal yang lumayan bikin aku tenang. Kenapa harus kuatir ya dengan masa depanku itu ?
Sekarang memang aku masih single, dan aku ga tau ke depannya aku akan menikah atau tidak, tetapi pilihanku adalah menikah, namun jika Dia telah merancangkan jalan hidupku, maka bagianku adalah mengikuti rancanganNya. Dia pasti sudah sediakan yang terbaik bagi masa depanku.
Selama masa-masa "penantian" ini, banyak hal yang dapat dilakukan.
Fokus pada pekerjaan dimana sebagian besar hidup kita adalah bekerja.
Fokus pada keluarga, menikmati kebersamaan dengan orang tua, saudara, sahabat dan teman.
Waktu luang yang tersedia dapat kita gunakan untuk melakukan hoby yang kita sukai.
Pasti banyak potensi yang ada dalam diri kita yang belum tergali, nah saat "penantian" ini bisa kita manfaatkan untuk menggali potensi diri kita semaksimal mungkin.
So, sekarang I am not worry about my status, kalo ada yang tanya udah punya pacar belum maka aku akan dengan sukacita menjawab "Tunggu waktuNya aja," dan kalau ada yang bilang aku pemilih, maka aku akan jawab "Ya dong dipilih, karena itu adalah keputusan seumur hidup, Dia kasih kita logika untuk berpikir, maka itu harus digunakan."
"Dan kini aku mampu bersorak sorai bukan karena penghiburan semu yang kudapatkan dari dunia ini, melainkan penghiburan yang berasal dariNya. Dia mengerti keadaanku, maka Dia akan melakukan yang terbaik bagi masa depanku"
Senin, 03 Januari 2011
Dia Peduli Padaku
Coffee time !!!
Saat lagi jenuh kerja, tiba-tiba teringat akan berkatNya yang luar biasa dalam hidupku.
Hal sederhana yang mampu meneguhkan imanku bahwa Ia adalah Allah yang hidup.
Mungkin kata hidup ga cocok ya dengan dunia ini, karena Dia kan ga keliatan.
Oke, kalo gitu diganti aja katanya, Dia selalu peduli padaku.
Kala aku berpikir sesuatu itu tak mungkin terjadi, Dia menjadikan itu nyata dalam hidupku.
Dia bukannya tidak mengabulkan doaku, tetapi Dia menjawabnya dengan caraNya yang menurutku "aneh"
Saat aku merasa semua jalan telah tertutup, Dia menunjukan jalan yang telah dirancangNya bagiku.
Jalan itu bukanlah jalan yang mudah, tetapi ada janjiNya untuk selalu menyertaiku
So, alangkah bodohnya aku jika aku masih menyimpan kekhawatiran dalam hatiku tuk hari-hari mendatang.
Karena Dia peduli padaku, maka aku juga yakin dan percaya bahwa Dia tidak akan ingkar dari janjiNya.
Burung merpati aja ga pernah ingkar janji, apalagi Dia yang menciptakan burung merpati itu.
Dia pasti akan memegang janjinya melebihi mahluk ciptaanNya.
"Dalam tahun rahmatMu ini ya Tuhan, aku serahkan masa depanku, harapanku, impianku hanya padaMu,
Karena Engkau yang telah merancangkan jalan-jalanku, dan Engkau senantiasa peduli dan menyertaiku"
Saat lagi jenuh kerja, tiba-tiba teringat akan berkatNya yang luar biasa dalam hidupku.
Hal sederhana yang mampu meneguhkan imanku bahwa Ia adalah Allah yang hidup.
Mungkin kata hidup ga cocok ya dengan dunia ini, karena Dia kan ga keliatan.
Oke, kalo gitu diganti aja katanya, Dia selalu peduli padaku.
Kala aku berpikir sesuatu itu tak mungkin terjadi, Dia menjadikan itu nyata dalam hidupku.
Dia bukannya tidak mengabulkan doaku, tetapi Dia menjawabnya dengan caraNya yang menurutku "aneh"
Saat aku merasa semua jalan telah tertutup, Dia menunjukan jalan yang telah dirancangNya bagiku.
Jalan itu bukanlah jalan yang mudah, tetapi ada janjiNya untuk selalu menyertaiku
So, alangkah bodohnya aku jika aku masih menyimpan kekhawatiran dalam hatiku tuk hari-hari mendatang.
Karena Dia peduli padaku, maka aku juga yakin dan percaya bahwa Dia tidak akan ingkar dari janjiNya.
Burung merpati aja ga pernah ingkar janji, apalagi Dia yang menciptakan burung merpati itu.
Dia pasti akan memegang janjinya melebihi mahluk ciptaanNya.
"Dalam tahun rahmatMu ini ya Tuhan, aku serahkan masa depanku, harapanku, impianku hanya padaMu,
Karena Engkau yang telah merancangkan jalan-jalanku, dan Engkau senantiasa peduli dan menyertaiku"
Minggu, 02 Januari 2011
Selamat Tahun Rahmat Tuhan
Di penghujung tahun 2010, kututup dengan harapan padaNya "Tuhan, jadikanlah tahun 2011 sebagai tahun rahmat bagiku, tahun dimana berkat-berkatMu boleh lebih aku rasakan dan aku dapat semakin bersyukur atas setiap rahmatMu. Terima kasih untuk tahun 2010 yang telah berhasil kulewati, walaupun aku tertatih bahkan terkadang aku jatuh dan aku sungguh tak mampu tuk bangkit melangkah lagi, namun Engkau senantiasa menopangku sehingga aku mampu bangkit dan menapak maju perlahan"
Di awal tahun 2011, saat kumenengadah ke langit kelam, kulihat berbagai warna kembang api menyemarakkan pergantian tahun.
Satu harapan kutanam dalam hatiku, tahun ini adalah tahun rahmat Tuhan bagiku.
Akan luar biasa banyaknya rahmat yang akan kuterima di tahun ini.
Tidak ada lagi air mata kesedihan karena aku bertekad akan senantiasa bersukacita.
Tidak ada lagi air mata kekecewaan, karena aku belajar bahwa apa yang menurutku gagal bukan untuk membuatku kecewa melainkan untuk membuatku semakin kuat.
Tidak ada lagi rasa sakit hati, karena itu akan membuatku berpikir untuk membalasnya.
Tidak ada lagi pengharapan yang kuletakan pada seseorang karena pengharapanku sekarang kuletakan dalam tangan perencanaanNya.
Kuganti air mata kesedihanku dengan derai tawa sukacita.
Kuganti air mata kekecewaanku dengan menerima penghiburan dariNya
Kuganti sakit hatiku dengan bersyukur karena aku dapat semakin kuat dan dewasa
Dan kuletakkan harapanku hanya dalam tanganNya
Selamat Tahun Baru 2011
Ini adalah tahun rahmat Tuhan,
Tahun dimana berkatNya semakin melimpah dalam hidup kita
Di awal tahun 2011, saat kumenengadah ke langit kelam, kulihat berbagai warna kembang api menyemarakkan pergantian tahun.
Satu harapan kutanam dalam hatiku, tahun ini adalah tahun rahmat Tuhan bagiku.
Akan luar biasa banyaknya rahmat yang akan kuterima di tahun ini.
Tidak ada lagi air mata kesedihan karena aku bertekad akan senantiasa bersukacita.
Tidak ada lagi air mata kekecewaan, karena aku belajar bahwa apa yang menurutku gagal bukan untuk membuatku kecewa melainkan untuk membuatku semakin kuat.
Tidak ada lagi rasa sakit hati, karena itu akan membuatku berpikir untuk membalasnya.
Tidak ada lagi pengharapan yang kuletakan pada seseorang karena pengharapanku sekarang kuletakan dalam tangan perencanaanNya.
Kuganti air mata kesedihanku dengan derai tawa sukacita.
Kuganti air mata kekecewaanku dengan menerima penghiburan dariNya
Kuganti sakit hatiku dengan bersyukur karena aku dapat semakin kuat dan dewasa
Dan kuletakkan harapanku hanya dalam tanganNya
Selamat Tahun Baru 2011
Ini adalah tahun rahmat Tuhan,
Tahun dimana berkatNya semakin melimpah dalam hidup kita
Langganan:
Postingan (Atom)