Jangan membuatku menangis lagi, Bapa
Kala impianku pupus tanpa harapan
Kala citaku kandas di tengah jalan
Kala anganku melayang ke awan
Kuatkan aku ya Bapa
Kala hatiku tersakiti
Kala hidupku dihakimi
Kala pilihanku diadili
Hibur aku ya Bapa
Bapa, begitu banyak sudah tetes air mata yang jatuh
Tetes air mata itu sudah tak mampu kutepis
Perlahan dan semakin deras
Meninggalkan pilu teramat
Bapa, impianku pernah pupus kala Kau memanggil hambaMu Beato Yohanes Paulus II
Impian yang kubangun sejak masa kecilku "Aku harus ke sana, untuk mengikuti misa bersamanya"
Sekian tahun aku berdoa, sekian tahun aku berusaha, dan pada saatMu, rencanaMu yang nyata
Bapa, aku menangis kala itu.
Menangis bukan karena hambaMu meninggal
Menangis bukan karena impianku pupus
Aku menangis karena Engkau tidak mendengar doaku
Namun hati kecil masa kanakku berkata "Masih ada hari esok yang perlu kau perjuangkan setelah impianmu kandas"
Aku melangkah lagi Bapa
Menetapkan impian lain yang ingin kucapai
Kala itu, aku beranjak remaja
Kutetapkan tujuanku "Aku ingin memiliki hati yang mulia, agar hidupku bermanfaat untuk sesama dengan berbagi kasih bagi mereka"
Dan untuk tujuanku ini, Engkau bukakan jalan yang begitu lebar bagiku, terima kasih Bapa, dan aku kembali menangis
Bapa, aku telah menjadi gadis dewasa saat ini.
Rasa tertarikku kepada lawan jenis mulai timbul
Kujalin persahabatan dengan lawan jenisku, tentunya dengan harapan "Semoga ia dapat menjadi cinta pertama dan terakhirku"
Perlahan kubangun impian baru mengiring impianku yang lain "Aku ingin kala aku menikah, semua keluargaku hadir secara lengkap mengiringi pernikahanku"
Manis yang kurasa pada saat itu Bapa,
Sukacita senantiasa, senyum selalu menghias bibirku
Namun, impianku adalah impian manusia
Tiada yang mengetahui masa depanku selain Engkau
Oma dan papaku Kau panggil kembali ke rumahMu
Pupus harapanku.
Hatiku ? Sakit luar biasa ya Bapa, kenapa semua ini harus terjadi padaku ?
Beribu pertanyaan muncul dalam benakku
Bagaimana masa depanku ?
Siapa yang akan melindungiku ?
Siapa yang akan memperhatikanku kala kusakit ?
Siapa yang akan menjaga hatiku agar aku tidak menangis lagi ?
Siapa yang akan menghibur hatiku kala aku bersedih ?
Siapa yang akan menjadi teman bertukar pikiranku ?
Dan berbagai pertanyaan tentang siapa lainnya muncul dalam hatiku
Semuanya hanya mendatangkan gundah bagiku
Tanpa jawaban yang pasti kuberkata pada diriku sendiri
"Bapaku di dunia boleh lah sudah tidak menemaniku lagi di kehidupan ini, tapi Bapa Sorgawiku kan senantiasa mengiring langkahku setiap saat. Dia yang akan memegang tanganku, Dia yang akan melindungi aku, Dia yang akan mencukupi kebutuhanku, dan Dialah yang akan menghibur aku. Tak sekalipun Dia akan meninggalkanku"
Sekali lagi aku menangis Bapa
Bapa, aku tak ingin menangis lagi
Aku lelah berteman dengan kesedihan
Aku letih bersahabat dengan air mata
Aku bosan berjalan dalam duka
Bapa, jangan buatku menangis lagi
Kuatkanlah aku kala aku goyah
Pegang tanganku kala aku ragu
Hibur aku kala aku berduka
Ini aku Bapa,
Lilin putih kecil menyala
Yang siap Kau gunakan untuk menerangi sekitar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar